Aset Penerbit

Aset Penerbit

Waspada Chikungunya, Penyakit Tropis yang Disertai Nyeri Sendi

Inspirasi

Sepanjang tahun 2024, lebih dari 250.000 kasus chikungunya telah dilaporkan ke WHO. Penyakit ini disebabkan oleh virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.

Chikungunya sendiri seringkali disalahartikan sebagai penyakit demam berdarah karena gejalanya yang mirip, namun memiliki karakteristik yang berbeda, terutama dalam hal nyeri sendi yang intens dan berkepanjangan. 

Baca Juga: Cara Menghilangkan Nyeri Sendi Akibat Chikungunya dan Obatnya

Penyakit chikungunya sendiri sering disebut flu tulang karena gejalanya disertai dengan nyeri sendi yang hebat dan terkadang terus-menerus. Meski jarang mengancam jiwa, penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Sebagai negara tropis, seluruh provinsi di Indonesia berpotensi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) chikungunya. Umumnya tingginya kasus chikungunya sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan.

Apa itu chikungunya serta sejarah munculnya

Dilansir dari Primaya Hospital, chikungunya adalah penyakit virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes. Selain Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus juga sering menjadi perantara penyebaran penyakit ini. Virus chikungunya termasuk dalam kategori penyakit tropis, karena lebih banyak menyebar di kawasan tropis dan menyebabkan wabah demam chikungunya berulang.

Demam chikungunya ditandai dengan artralgia (nyeri sendi) dan myalgia (nyeri otot) yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun dan dapat menyebabkan efek yang merusak pada kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas ekonomi.

Demam ini mirip dengan orang terkena demam berdarah, namun banyak pasien yang mengeluh merasa tulangnya terasa sakit saat terinfeksi chikungunya. Karena itu, penyakit ini juga kerap disebut sebagai flu tulang.

Penyakit ini berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde yang berarti melengkung, merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala nyeri sendi yang parah (arthralgia).
Chikungunya sendiri pertama kali mewabah di Afrika, tepatnya di Tanzania selatan pada tahun 1952. Di Indonesia sendiri, penyakit chikungunya pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) pada tahun 1982. Kasus chikungunya di Indonesia pertama kali dilaporkan di Samarinda pada tahun 1973. Berikut ini sejarah chikungunya di Indonesia dilansir dari catatan Wikipedia.

  • 1973: Samarinda
  • 1983: Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta
  • 1999: Muara Enim
  • 2001: Aceh dan Bogor
  • 2002: Bekasi, Purworejo, dan Klaten

Penyebab chikungunya

Chikungunya disebabkan oleh infeksi virus yang bernama Chikungunya (CHIKV). Virus ini tidak dapat menyebar secara langsung antarmanusia, melainkan ditularkan oleh dua jenis nyamuk, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penularan chikungunya terjadi apabila nyamuk menggigit orang yang terinfeksi chikungunya, kemudian membawa virus tersebut dan menyebarkannya kepada orang lain melalui gigitan.

Chikungunya dapat terjadi kepada siapa saja, bahkan lansia di atas 65 tahun, bayi baru lahir, atau penderita penyakit tertentu seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung memiliki risiko lebih tinggi terserang chikungunya.

Ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko terkena chikungunya. Dilansir dari Primaya Hospital, berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terserang chikungunya.

  • Tinggal atau mendatangi tempat yang tercatat memiliki kasus chikungunya
  • Kurang menjaga kebersihan lingkungan rumah sehingga banyak sarang nyamuk
  • Kondisi cuaca dan iklim cocok untuk perkembangbiakan nyamuk, misalnya musim hujan yang lembap dan hangat
  • Berusia dewasa, anak-anak lebih jarang terinfeksi virus chikungunya

Gejala chikungunya

Menurut Pan American Health Organization, gejala chikungunya biasanya mulai muncul 4-8 hari setelah gigitan nyamuk, tapi bisa juga terjadi kapan pun dalam jangka waktu 2-12 hari. Gejala yang utama adalah demam tinggi dan sekujur badan terasa sakit-sakitan.

Gejala awal chikungunya adalah demam tinggi mencapai 39 derajat dibarengi dengan ruam di kulit. Selain demam dan ruam, ada beberapa gejala lain dari chikungunya. Berikut ini adalah gejala umum dari chikungunya yang dilansir dari beberapa sumber:

  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Nyeri sendi
  • Ruam kulit
  • Nyeri pada mata
  • Mual dan muntah
  • Radang sendi
  • Meriang
  • Lemah
  • Bercak kemerahan pada kulit 

Biasanya gejala ini berlangsung selama beberapa minggu dan sebagian besar pasien membaik dalam satu minggu. Namun ada juga yang mengalami gejala berkepanjangan dan mempengaruhi kualitas hidupnya. 

Mayoritas orang yang terinfeksi chikungunya memiliki gejala yang sama, namun beberapa di antaranya tidak menunjukkan gejala. Sebagian besar pasien chikungunya bisa pulih sepenuhnya, kecuali nyeri sendi yang dapat berlanjut hingga beberapa bulan atau tahun.

Penularan chikungunya

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penyakit chikungunya menyebar melalui gigitan nyamuk. Dilansir dari Bisnis.com, berikut ini adalah proses penularan chikungunya yang perlu Anda pahami.

1. Gigitan nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah nyamuk pembawa virus chikungunya. Ketika nyamuk ini menggigit seseorang untuk mengambil darahnya, virus chikungunya dari nyamuk yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang melalui gigitan tersebut.

2. Penyebaran virus

Setelah virus chikungunya masuk ke dalam tubuh seseorang yang tergigit nyamuk, maka virus mulai berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Proses ini menyebabkan terjadinya infeksi virus dan munculnya gejala penyakit.

3. Tidak menular secara langsung

Penting untuk diketahui bahwa chikungunya tidak menular dari orang ke orang melalui kontak langsung. Artinya, seseorang yang terinfeksi virus tidak akan menularkan penyakit kepada orang lain melalui sentuhan atau bersin.

4. Peran nyamuk

Nyamuk Aedes memainkan peran penting dalam penularan chikungunya. Nyamuk yang menggigit orang yang terinfeksi virus kemudian dapat menyebarkan virus ke orang lain ketika mereka menggigit orang lain berikutnya.

5. Habitat nyamuk

Nyamuk Aedes cenderung hidup di sekitar lingkungan yang memiliki banyak genangan air  seperti bak mandi yang tidak ditutup, genangan air hujan, atau pot bunga yang terisi air. Oleh karena itu, lingkungan yang bersih dan bebas dari tempat-tempat ini dapat membantu mengurangi risiko terkena chikungunya dengan mengurangi populasi nyamuk.

Pencegahan chikungunya

 


Berbeda dengan penyakit demam berdarah atau DBD, penyakit chikungunya belum tersedia vaksin untuk melawan infeksi virus penyebab chikungunya. Namun, Anda tetap bisa melakukan pencegahan chikungunya dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengontrol sarang nyamuk melalui beberapa cara. Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini cara menghindari gigitan nyamuk yang bisa Anda terapkan.

1. Menjaga kebersihan

Anda bisa menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan menguras dan membersihkan tempat-tempat air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Anda juga bisa memelihara ikan di tempat penampungan air untuk memakan jentik-jentik nyamuk.

2. Menggunakan bubuk abate 

Gunakan bubuk abate untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras. Taburkan bubuk abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, dan lakukan setiap 2-3 bulan sekali. Selain beberapa cara di atas, Anda juga bisa melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya chikungunya dengan cara berikut ini.

  • Menggunakan produk repelen insektisida untuk mencegah gigitan nyamuk.
  • Menjaga kebersihan lingkungan rumah agar nyamuk tidak memiliki tempat untuk berkembang biak, pastikan tak ada genangan di barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk.
  • Hindari tempat-tempat yang kerap menjadi sarang nyamuk, misalnya barang bekas yang dipenuhi genangan air atau kolam yang tak lagi difungsikan tapi masih dipenuhi air.
  • Memakai kelambu ketika tidur atau memasang kawat anti nyamuk pada ventilasi rumah.
  • Bila berada di daerah yang terjangkit chikungunya, gunakan pakaian yang menutup sebagian besar tubuh seperti kemeja lengan panjang dan celana panjang serta sepatu.
  • Menggunakan obat anti nyamuk.
  • Menanam tumbuhan yang dapat mengusir nyamuk.
  • Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian di tempat terbuka.
  • Memperbaiki saluran air yang rusak.

Biasanya, chikungunya dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus. Mayoritas pengidap chikungunya akan kembali pulih setelah 1-2 minggu. Pengobatan chikungunya hanya ditujukan untuk meringankan gejala dengan memberikan obat anti radang untuk  meredakan demam dan nyeri sendi, serta memberikan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mencegah terjadinya perdarahan. 

Meski bisa sembuh dengan sendirinya, chikungunya perlu segera ditangani dengan tepat terutama jika sudah mengalami gejala yang cukup serius. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, chikungunya bisa menimbulkan komplikasi berbahaya seperti:

  • Peradangan otot jantung (miokarditis)
  • Peradangan organ ginjal (nefritis)
  • Peradangan hati (hepatitis) 
  • Peradangan otak (ensefalitis) 
  • Peradangan uvea mata (uveitis)
  • Peradangan retina mata (retinitis) 
  • Peradangan sendi 
  • Sindrom Guillain – Barre 

Perlu diketahui juga bahwa penyakit chikungunya sama dengan penyakit DBD, yaitu bisa terjadi beberapa kali pada seseorang, terutama jika tinggal di negara tropis. Oleh karena itu, penting untuk memiliki asuransi sebagai perlindungan untuk mencegah risiko keuangan yang terjadi akibat risiko penyakit chikungunya. Apalagi chikungunya bisa terjadi beberapa kali dalam setahun.

Anda bisa memilih Asuransi Mandiri Proteksi Penyakit Tropis dari AXA Mandiri yang memberikan perlindungan keuangan akibat risiko penyakit chikungunya, demam berdarah, dan penyakit tropis lainnya . Dengan membayar premi mulai dari Rp100 ribu per bulan, Anda dan keluarga bisa mendapatkan penggantian biaya rawat inap di rumah sakit apabila terkena berbagai penyakit tropis, seperti demam berdarah, campak, chikungunya, hepatitis A, malaria, tifus, dan Zika. 

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai perlindungan risiko sakit demam berdarah beserta manfaatnya, Anda dapat mengunjungi website AXA Mandiri atau menghubungi Financial Advisor AXA Mandiri di kantor cabang Bank Mandiri dan Bank Syariah Indonesia atau contact center AXA Mandiri 1500803.

Sumber:
https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/apa-itu-chikungunya
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-infeksi/chikungunya?srsltid=AfmBOoqL4oUiDNdvTdrzSnUwV4jpadd5KfbODbZ1yMtHH4qxcPB5aXOl
https://primayahospital.com/penyakit-dalam/chikungunya/
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-infeksi/chikungunya?srsltid=AfmBOor8U_w4EtcInsbsj9odgbgP648H-4E3alTDhffsBQq26XKvCC6v
https://puskjanti.malangkota.go.id/2024/01/18/kenali-chikungunya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya#Chikungunya_di_Indonesia
https://primayahospital.com/penyakit-dalam/chikungunya/
https://lifestyle.bisnis.com/read/20240606/106/1771864/gejala-chikungunya-dan-proses-penularan-dan-penyebarannya 


Terkait Aset

Terkait Aset