Varian Omicron: Tetap Waspada Meskipun Dilaporkan Bergejala Ringan
Varian Omicron menjadi ancaman kesehatan terbaru di penghujung tahun 2021 dimana sejumlah negara kembali mengalami lonjakan kasus covid-19 secara drastis dan krisis fasilitas kesehatan. Namun, terdapat juga informasi yang memberikan kesan bahwa varian terbaru ini tidak seganas varian sebelumnya. Dua kabar yang bertolak belakang ini tentunya memicu kebingungan bagi masyarakat dalam menilai tingkat kewaspadaan yang harus diterapkan untuk menanggapi varian baru ini.
Ditambah lagi, masyarakat pastinya sudah merasa lelah bersikap selalu waspada selama dua tahun tanpa henti. Kabar simpang siur dan kelelahan masyarakat ini berpotensi menjadi celah bagi varian Omicron untuk menyebar. Untuk itu, tingkat kewaspadaan perlu di pertahankan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan dan membatasi mobilitas serta tatap muka secara langsung dengan memanfaatkan layanan digital yang telah disediakan.
Menurut kajian yang diterbitkan National Institute of Communicable Disease (NICD), pasien yang terinfeksi varian Omicron memiliki risiko 80% lebih rendah untuk masuk rumah sakit dibandingkan varian-varian lainnya. Beberapa media juga melaporkan sebagian besar pasien yang terjangkit varian omicron hanya mengalami gejala ringan seperti pilek dan batuk.
Di sisi lain, beberapa pakar seperti Epidemiologis Universitas Harvard, William Hanage, telah menyatakan bahwa varian Omicron memiliki tingkat penyebaran tercepat di sepanjang sejarah. Selain itu, WHO sudah memberikan peringatan untuk tidak meremehkan varian Omicron. Hal ini sudah terbukti dengan lonjakan drastis kasus positif baru di beberapa negara yang menyebabkan penuhnya rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
Menimbang pro dan kontra keseriusan ancaman varian baru ini, tentunya terdapat kecenderungan untuk menurunkan tingkat kewaspadaan karena laporan gejala ringan tersebut dan keyakinan bahwa vaksinasi sudah membentuk kekebalan. Namun, hal ini merupakan sikap yang justru akan meningkatkan keseriusan ancaman dan dampak destruktif varian Omicron di masyarakat.
Meskipun kita sudah di vaksin dan memiliki kekebalan terhadap COVID-19 sehingga berpotensi hanya mengalami gejala ringan jika terinfeksi varian Omicron, terdapat banyak orang-orang di sekitar kita yang belum divaksin, tidak memiliki kekebalan, atau memilki komorbiditas. Penurunan kewaspadaan terhadap varian ini mungkin berdampak ringan bagi kita secara individu namun bisa berakibat fatal bagi orang-orang di sekitar kita.
Mengingat tingkat penyebaran varian Omicron yang cepat, sikap lengah terhadap varian ini berpotensi menimbulkan tekanan besar terhadap jaringan fasilitas kesehatan nasional seperti yang sudah di alami di negara-negara lain. Kondisi ini akan berdampak bukan pada pasien COVID-19 saja, namun juga pasien penyakit kritis lainnya yang tidak terawat karena lonjakan pasien varian Omicron.
Oleh karena itu, sebaiknya kita semua tetap waspada meskipun terdapat laporan bahwa varian Omicron tidak seganas varian-varian sebelumnya. Tindakan terbaik adalah untuk membatasi perjalanan, menghindari keramaian, dan mengurangi tatap muka. Untuk mengurangi risiko penyebaran, terdapat banyak layanan digital yang bisa dimanfaatkan.
Guna mengurangi beban tenaga kesehatan, Anda bisa menggunakan layanan kesehatan digital yang dihadirkan AXA Mandiri melalui AXA Telekonsultasi. untuk berkonsultasi dengan dokter umum, spesialis atau psikolog secara aman dan nyaman dari rumah sendiri.
Sumber: CNBC Indonesia, Kontan, Bloomberg
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi