Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan Kanker Serviks
Kanker serviks menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak dialami oleh wanita Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dilansir dari Halodoc, setidaknya dilaporkan terdapat 15.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya yang terjadi di Indonesia. Sayangnya, deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan pap smear secara rutin masih belum menjadi perhatian umum.
Kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim ini umumnya berkembang secara perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut. Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini sebelum timbul komplikasi serius.
Dilansir dari Halodoc, kanker serviks adalah jenis kanker yang menyasar sel-sel rahim leher rahim. Penyebabnya bermula ketika sel-sel di leher rahim berkembang secara tidak normal. Lama kelamaan sel-sel tersebut akan berkembang semakin masif dan tidak terkendali sehingga membentuk tumor yang menjadi penyebab kanker serviks.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan Indonesia, sebanyak 90% dari pasien yang menderita kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papillomavirus) oncogenic yang persistent. Infeksi virus ini rentan menyasar individu yang melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan.
Perilaku seksual yang berisiko tinggi terserang kanker serviks seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang tidak dicuci terlebih dahulu juga bisa meningkatkan risikonya. Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV juga lebih berisiko terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker ini.
Dari beberapa penyebab yang telah disebutkan di atas, risiko kanker serviks juga bisa meningkat karena beberapa faktor seperti perilaku seksual, penggunaan pil KB, gaya hidup tidak sehat, dan masih banyak lagi. Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker serviks.
Berganti pasangan lebih dari 6 kali atau berhubungan intim sejak usia di bawah 17 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks hingga lebih dari 10 kali lipat. Berhubungan seksual dengan pria yang sering berganti pasangan juga berisiko tinggi mengidap kondiloma akuminata (kutil di sekeliling kelamin).
Pil KB juga bisa menjadi salah satu faktor risiko penyebab kanker serviks. Di mana mengonsumsi pil KB dalam jangka panjang (lebih dari 5 tahun) dapat meningkatkan risiko hingga 2 kali lebih besar. Oleh karena itu, penggunaan pil KB perlu dalam pengawasan atau konsultasi dengan dokter.
Hamil sebelum usia 17 tahun juga berisiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan hamil pada usia di atas 25 tahun. Selain itu, perempuan yang hamil lebih dari 3 kali semasa hidup juga berisiko tinggi mengidap kanker serviks. Hal ini terjadi karena sistem hormonal yang tidak stabil serta lemahnya kekebalan tubuh saat hamil.
Kandungan zat kimia pada rokok dapat merusak sel jaringan serviks dan menurunkan kekebalan tubuh. Tubuh perokok (baik aktif maupun pasif) lebih rentan terinfeksi HPV 2 kali lipat dibandingkan yang tidak. Oleh karena itu, merokok dapat menjadi salah satu faktor risiko penyebab kanker serviks.
Terlalu sering stres, malas olahraga, dan pola makan yang tidak sehat dapat mengakibatkan daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga tidak maksimal menghadang infeksi HPV.
Terlalu sering stres dan memiliki keluarga sedarah yang menjadi pengidap kanker serviks juga menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko hingga 2–3 kali lipat kanker serviks. Hal ini disebabkan ketidakmampuan tubuh menangkal infeksi HPV bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.
Selain beberapa faktor risiko di atas, ada beberapa hal lain yang juga ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit kanker serviks seperti:
Setelah mengetahui beberapa penyebab beserta faktor risiko dari kanker serviks, maka saatnya Anda perlu mengetahui gejala kanker serviks agar bisa mendapatkan penanganan lebih cepat. Pasalnya, banyak penderita kanker serviks yang sering tidak menyadari akan gejala tersebut sehingga baru menyadarinya setelah stadium lanjut.
Biasanya gejala kanker serviks ditandai dengan perdarahan abnormal, bercak, atau cairan encer dari vagina. Perdarahan tersebut mungkin lebih banyak dari biasanya dan bisa juga terjadi setelah berhubungan seks.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa gejala kanker serviks berdasarkan tingkatan stadium yang dilansir dari situs resmi Biofarma.
Pilihan pengobatan kanker serviks biasanya tergantung pada stadium (tingkat perkembangan) kanker dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Dilansir dari Halodoc, berikut ini beberapa pilihan pengobatan yang umum untuk kanker serviks yang bisa dilakukan:
Sebelum terjadinya risiko penyakit kanker serviks, ada baiknya untuk mencegah risiko tersebut agar penyakit tersebut tidak menjangkiti Anda. Ada beberapa cara mencegah kanker serviks yang bisa Anda lakukan seperti yang dilansir dari Siloam Hospitals seperti berikut:
Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif dan direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi. Pada wanita usia 21-29 tahun, yang memiliki dua atau lebih hasil sitologi negatif berturut-turut, skrining dapat dilakukan dalam interval waktu yang lebih besar (>3 tahun).
Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan sel yang dapat berkembang menjadi kanker. Wanita sebaiknya memulai pemeriksaan pap smear pada usia 21 tahun dan dilakukan setiap 3 tahun sekali. Sedangkan tes HPV bisa menjadi pengganti atau dokter kombinasikan dengan pap smear agar deteksinya lebih akurat.
Vaksin ini direkomendasikan untuk anak perempuan dan laki-laki yang berusia 9 hingga 26 tahun sebelum mereka aktif secara seksual. Namun, batasan usia pemberian vaksin HPV dapat bervariasi tergantung pada negara dan otoritas kesehatan.
Walaupun termasuk penyakit yang berbahaya, kanker serviks dapat dicegah. Maka dari itu, pastikan Anda menerapkan pola hidup sehat seperti rajin olahraga dan konsumsi makanan bergizi.
Selain melakukan beberapa cara di atas untuk mencegah terjadinya risiko penyakit kanker serviks, ada baiknya juga untuk Anda mencegah terjadinya risiko keuangan akibat penyakit kanker serviks ini. Apalagi pengobatan kanker serviks tidak bisa dikatakan murah dan membutuhkan beberapa kali kunjungan. Oleh karena itu dibutuhkan juga asuransi yang dapat memberikan manfaat tunai untuk mencegah risiko keuangan yang mungkin terjadi di masa depan karena menjalani proses pengobatan kanker serviks.
Anda bisa mempertimbangkan untuk memiliki asuransi penyakit kritis, khususnya yang memberikan manfaat penggantian biaya pengobatan akibat berbagai penyakit kanker seperti Asuransi Mandiri Proteksi Kanker Dini. Mulai dari Rp1.500.000 per tahun, Anda sudah bisa mendapatkan perlindungan dari 30 jenis penyakit kanker seperti kanker serviks, kanker lambung, kanker kulit, kanker ovarium, kanker prostat, dan masih banyak lagi.
Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Proteksi Kanker Dini, silakan langsung kunjungi website AXA Mandiri atau hubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.
Sumber:
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi