Waspada Penyakit Jantung Koroner, Pahami Risiko dan Pencegahannya
Dilansir dari situs resmi Rumah Sakit Mitra Keluarga, penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, terutama pada usia produktif yang tinggal di perkotaan. Umumnya, penyakit ini terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, mengonsumsi rokok, manajemen stress yang buruk, hingga pola makan yang buruk.
Penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya penyempitan atau penyumbatan pada dinding nadi koroner yang berada pada endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Oleh karena itu, penderita penyakit jantung koroner juga berisiko mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD).
Menjadi salah satu penyakit kritis yang berisiko pada kematian, maka Anda perlu mengetahui penyebab, gejala, hingga pengobatan penyakit jantung koroner agar tidak terjadi pada diri Anda maupun orang terdekat. Berikut beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui dan pahami tentang penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner terjadi ketika adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah arteri yang diakibatkan karena adanya penumpukan kolesterol yang membentuk plak di dalam pembuluh arteri dalam jangka waktu lama. Proses penyempitan dinding arteri ini disebut dengan aterosklerosis.
Plak dalam pembuluh arteri ini bisa terbentuk sejak usia muda dan seiring bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan semakin tinggi. Jika tidak diobati, keberadaan plak dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengganggu suplai darah yang kaya oksigen ke jantung. Selain itu, plak yang menumpuk juga dapat menyumbat sebagian besar hingga seluruh aliran darah pada pembuluh arteri yang nantinya bisa menyebabkan serangan jantung.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab serangan jantung. Jika tidak segera diobati, maka penyakit ini dapat menyebabkan otot jantung melemah sehingga menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung dan aritmia (gangguan irama jantung).
Dilansir dari Halodoc, ada banyak penyebab penyakit jantung koroner, namun umumnya kondisi ini disebabkan karena beberapa hal seperti:
Beberapa hal di atas menjadi faktor utama penyebab rusaknya dinding arteri dan menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.
Ketika arteri rusak, maka plak akan lebih mudah menempel pada arteri dan seiring berjalannya waktu, plak tersebut akan menebal hingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menghambat aliran darah ke jantung. Jika plak ini pecah, maka trombosit akan menempel pada luka di arteri dan membentuk gumpalan darah yang memblokir arteri dan menyebabkan angina (nyeri dada) semakin parah. Ketika bekuan darah cukup besar, maka arteri akan tertekan yang menyebabkan infark miokard atau kematian otot jantung.
Dilansir dari Halodoc, risiko penyakit jantung koroner bisa meningkat karena beberapa hal seperti berikut:
Tidak ada satu orangpun yang bisa menolak ketika penyakit datang, dan siapapun bisa mengalami penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui gejala penyakit ini untuk mempermudah deteksi sedini mungkin sehingga mempercepat penanganan dan perawatan ketika terjadi gejala tersebut. Berikut beberapa gejala penyakit jantung koroner yang perlu diwaspadai.
Kondisi ini disebabkan karena kurangnya asupan darah kaya oksigen ke otot jantung sehingga dada terasa berat atau seperti tertindih. Rasa nyeri ini biasanya terjadi dan sangat terasa ketika sedang beraktivitas, misalnya ketika berolahraga atau sedang mengalami stres emosional.
Ketika jantung tidak berfungsi dengan baik, maka jantung tidak bisa memompa darah menuju paru-paru yang mengakibatkan kesulitan bernapas. Tidak hanya itu, banyaknya cairan pada paru-paru juga akan membuat kondisi semakin parah, apalagi jika kondisi ini terjadi bersamaan dengan nyeri dada.
Mudah lelah merupakan efek yang ditimbulkan dari fungsi jantung yang abnormal. Biasanya kondisi ini disertai dengan pusing akibat sirkulasi darah yang terganggu.
Ketika pembuluh darah menyempit, maka secara tidak langsung otot-otot pada jantung akan kekurangan oksigen dan menyebabkan iskemia. Kondisi ini memicu terjadinya keringat secara berlebih serta mual dan muntah.
Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, maka ada baiknya langsung berkonsultasi dengan dokter. Biasanya, dokter akan memberikan diagnosis penyakit jantung koroner lewat beberapa metode, mulai dari wawancara, pemeriksaan fisik, ataupun pemeriksaan laboratorium. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa metode yang dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jantung koroner.
Penanganan penyakit jantung koroner umumnya melibatkan perubahan pola hidup yang dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur medis. Biasanya dokter menyarankan penderita penyakit jantung koroner untuk menjalani pola hidup sehat seperti:
Selain menyarankan pola hidup sehat, umumnya dokter juga akan meresepkan obat-obatan untuk mengatasi penyakit jantung koroner, seperti obat pengencer darah, statin, obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), angiotensin II receptor blockers (ARB), penghambat beta (beta blockers), antiangina, nirat, antagonis kalsium, dan diuretik.
Obat yang diberikan dokter tentunya akan berbeda tergantung kondisi pasien. Jika obat-obatan sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala, biasanya dokter akan menyarankan untuk menjalani operasi. Prosedur ini dilakukan ketika telah terjadi penyempitan pada pembuluh darah yang diakibatkan oleh penumpukan ateroma.
Berikut beberapa metode operasi yang dapat dilakukan untuk mengobati penderita jantung koroner.
Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan dengan memasukkan kateter ke bagian arteri yang menyempit. Setelah itu, dokter akan memasang ring (stent) pada arteri untuk mencegah penyempitan kembali sehingga aliran darah bisa kembali lancar.
Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada penderita dengan gejala angina atau sebagai tindakan darurat pada seseorang yang mengalami serangan jantung.
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain untuk ditempel atau dicangkok ke bagian antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri dengan melewati area yang menyempit. Metode ini dilakukan agar darah bisa mengalir lancar melalui rute baru tersebut. Bypass jantung dilakukan dengan membedah dada pasien dan umumnya hanya dilakukan bila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.
Metode ini dilakukan ketika kerusakan jantung sudah sangat parah dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Transplantasi jantung dilakukan dengan mengganti jantung pasien yang rusak dengan jantung yang sehat dari pendonor.
Seperti yang kita ketahui, penyakit jantung koroner bukan hanya mengancam kesehatan namun juga berisiko pada kondisi keuangan karena biaya pengobatannya yang mahal. Oleh karena itu, Anda dapat mencegah terjadinya risiko penyakit jantung koroner dengan melakukan beberapa cara seperti di bawah ini.
Penyakit jantung koroner dapat memengaruhi kualitas hidup, bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak akibat serangan jantung. Oleh karena itu, periksakan diri secara rutin ke dokter jika Anda berisiko tinggi terkena penyakit ini. Pastikan juga untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala penyakit jantung koroner seperti yang telah dijelaskan di atas.
Selain itu, sebelum terjadinya risiko, pastikan juga Anda menerapkan gaya hidup sehat dan cegah risiko finansial yang mungkin terjadi di kemudian hari akibat penyakit jantung koroner dengan memiliki asuransi penyakit kritis. Anda bisa memilih produk Asuransi Mandiri Secure CritiCare dari AXA Mandiri yang memberikan manfaat uang pertanggungan ketika terjadi risiko sakit jantung.
Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Secure CritiCare, silakan langsung kunjungi website AXA Mandiri atau hubungi Financial Advisor AXA Mandiri dengan mengunjungi Kantor Cabang Bank Mandiri atau Bank Syariah Indonesia terdekat atau menghubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.
Sumber:
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi