Aset Penerbit

Aset Penerbit

Waspada Bahaya Mitos ‘Masuk Angin’

Berita Inspirasi

AXA Mandiri | Emma | Mitos atau Fakta

 

Memasuki musim hujan, kita sering diperingatkan akan bahaya dari ‘masuk angin’ baik oleh orang tua atau kerabat. Peringatan seperti “Jangan berpergian ketika hujan karena nanti bisa masuk angin!” atau “Selalu minum yang hangat-hangat agar tidak masuk angin!” menjadi tidak asing di telinga kita ketika musim hujan datang. ‘Masuk angin’ sangat tertanam di kehidupan sehari-hari masyarakat, hingga terdapat produk dan suplemen yang dipasarkan khusus dan secara masal untuk meredakan kondisi tersebut.

Namun bagi kalangan medis, masuk angin merupakan kondisi yang tidak dikenal dunia kedokteran meskipun masyarakat di sekitar kita menyikapi masuk angin seperti kondisi medis yang lazim. Menurut Hellosehat.com, masuk angin “diyakini banyak orang Indonesia sebagai penyakit sungguhan, tapi sampai sekarang belum ada bukti medis yang cukup untuk mendukung klaim ini.”

Fakta ini tentunya menimbulkan pertanyaan berikutnya, yaitu apakah terdapat risiko dari meyakini ‘masuk angin’ sebagai penyakit sungguhan? Lantas, bagaimana langkah yang benar jika kita merasa gejala yang diyakini sebagai akibat dari ‘masuk angin’? 

Menurut dr. Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein, Sp.PD, FINASIM, FACP, mitos ‘masuk angin’ perlu dipatahkan. “Masalah masuk angin perlu dijelaskan. Masuk angin bagian dari gejala dari diare, bagian dari influenza, bagian dari DBD," kata beliau kepada Viva.co.id.

Hal yang sama juga diutarakan oleh dokter umum di RSU Bunda Jakarta, Natasya Amanda. “Reaksi yang kita sebut masuk angin terjadi karena daya tahan tubuh kita yang menurun, jadi kita rentan infeksi virus, bakteri, jamur atau infeksi lain," ujar beliau kepada CNN Indonesia.

Berdasarkan informasi dari kedua pakar kesehatan di atas, ‘masuk angin’ merupakan campuran dari gejala penyakit-penyakit berbeda dengan beragam sebab. Seperti yang dikutip oleh CNN.com, gejala ‘masuk angin’ pada umumnya adalah meriang, batuk, pilek, perut kembung, mual hingga sakit kepala. Gejala-gejala tersebut bisa jadi disebabkan oleh virus influenza, infeksi bakteri H. Pylori, atau bahkan maag seperti GERD dimana gejala-gejala tersebut sebaiknya diperiksa oleh dokter. Jika memang disebabkan oleh virus atau bakteri tersebut, akan menjadi risiko jika kondisi yang dialami disimpulkan sebagai ‘masuk angin’ karena perawatannya tidak menangani penyebab sebenarnya.


Baca juga: Apa Iya Minum Air Dingin Bisa Membuat Badan Gemuk dan Perut Buncit?


Salah satu perawatan tradisional untuk ‘masuk angin’ adalah kerokan, yang sudah menjadi praktik populer di kalangan masyarakat Indonesia. Hellosehat.com mencatat “banyak yang percaya metode pengobatan ini bisa ‘mengeluarkan’ angin dari dalam tubuh. Padahal, kerokan tidak akan membantu mengurangi gejala, terutama bila Anda lebih banyak merasakan gejalanya di perut.”

Kerokan Untuk Mengobati Masuk Angin

Oleh karena itu, akan berbahaya jika merasa gejala-gejala tersebut dan disepelekan sebagai ‘masuk angin,’ terutama jika ternyata gejala-gejala tersebut disebabkan oleh virus atau bakteri yang bisa menjadi lebih parah jika tidak ditangani dengan benar. Jika gejala-gejala yang diyakini sebagai ‘masuk angin’ tidak kunjung pulih, Anda disarankan untuk segera mengunjungi dokter. ‘Masuk angin’ bisa menjadi tanda-tanda awal penyakit yang lebih serius. 

Mitos ‘masuk angin’ ini merupakan satu dari beragam mitos tentang kesehatan lainnya yang beredar di masyarakat. Untuk menghindari salah kaprah terkait perihal kesehatan, Anda di sarankan untuk senantiasa berkonsultasi dengan dokter atau ahli medis lainnya. Untuk kenyamanan para nasabahnya, AXA Mandiri telah menghadirkan Emma, sebagai layanan digital satu pintu terkait asuransi dan kesehatan.

Nah, agar lebih jelas mana fakta dan mana mitos, telusuri informasinya dan pastikan kita sudah memiliki Teman Sejati yaitu Emma yang akan mendampingi dan memberikan solusi perlindungan terutama kesehatan. Kunjungi website AXA Mandiri untuk mendapatkan informasi solusi perlindungan lainnya atau hubungi Financial Advisor AXA Mandiri di kantor cabang Bank Mandiri atau Bank Syariah Indonesia atau contact center AXA Mandiri 1500803. 

 

Sumber: viva.co.id, cnnindonesia.com, Hello Sehat