Aset Penerbit

Aset Penerbit

Waspada Parkinson di Usia Senja, Kenali Penyebab & Gejalanya!

Inspirasi

Pernahkah Anda mendengar penyakit parkinson? Penyakit ini terjadi karena adanya gangguan neurodegeneratif progresif yang secara perlahan menggerogoti kemampuan seseorang untuk bergerak, berbicara, dan bahkan berpikir. Adapun beberapa gejala yang sering dikaitkan dengan parkinson, yaitu tremor, kekakuan otot, dan kesulitan menjaga keseimbangan. Dampak dari penyakit ini tidak hanya dirasakan oleh penderita, tetapi juga oleh keluarga dan orang-orang terdekat.

Apa itu parkinson?

Parkinson adalah penyakit neurodegenerative yang dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan tubuh. Parkinson menjadi penyakit yang memiliki sifat progresif, artinya kondisi tersebut dapat berkembang secara perlahan dan memburuk seiring berjalannya waktu.

Penyakit Parkinson pada lansia tidak dapat disembuhkan secara total. Namun, penanganan medis tetap diperlukan untuk mengendalikan gejala serta meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

Menurut data terbaru dari Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia yang dilansir dari RS Mitra Keluarga diperkirakan terdapat 10 orang dari setiap tahun yang mengalami penyakit Parkinson. Sementara, jumlah kasus Parkinson adalah sekira 200.000-400.000 orang. 

Penyebab parkinson

Penyebab utama parkinson adalah kerusakan sel saraf pada area substantia nigra di otak. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produksi hormon dopamin yang berfungsi untuk mengontrol gerakan dan keseimbangan tubuh. 

Ketika terjadi penurunan produksi dopamin tersebut selanjutnya akan mengganggu sirkuit kelistrikan saraf di dalam ganglia basal, terutama yang mengendalikan gerakan tubuh, fungsi kognisi, dan perilaku. Sayangnya, penyebab pasti yang membuat produksi dopamine menurun hingga menyebabkan Parkinson masih belum diketahui.

Namun ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Dilansir dari beberapa sumber, berikut beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terserang parkinson:

  • Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit parkinson.
  • Penggunaan obat-obatan yang dapat memicu Parkinson seperti obat-obatan antipsikotik.
  • Usia Diperkirakan sekitar 1% dari penduduk di atas usia 60 tahun menderita parkinson dan meningkat menjadi 2% pada kelompok penduduk diatas 65 tahun. Namun rata-rata usia timbulnya penyakit parkinson adalah 57 tahun dan sekira  5-10% dari total penderita parkinson terjadi pada usia dibawah 50 tahun. 
  • Laki-laki lebih sering menderita parkinson dibandingkan wanita,dengan rasio 1,5 : 1
  • Faktor Pekerjaan seperti paparan terhadap pestisida, herbisida, dan logam berat.
  • Riwayat sering mengalami cedera kepala.

Selain itu, dilansir dari Siloam Hospitals, terdapat 2 (dua) faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya Parkinson, yaitu:

  • Parkinson idiopatik yang yang tidak diketahui penyebabnya.
  • Parkinson simptomatik (parkinsonisme) yang bisa disebabkan karena stroke, diabetes, gula darah, tekanan darah tinggi, dan tumor.

Karena sulit didiagnosa secara pasti, diperlukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk memahami penyebab dan metode pengobatan yang efektif untuk kondisi ini.

Gejala parkinson

Gejala penyakit Parkinson berkembang secara bertahap dan sering ditandai dengan sedikit tremor di salah satu sisi tangan dan perasaan kaku di tubuh. Seiring waktu, gejala dapat berkembang dan pada beberapa kasus bisa menjadi demensia.

Dokter spesialis bedah saraf Mitra Keluarga Kelapa Gading, dr. Mardjono Tjahjadi, Sp.BS Subsp.N-Vas(K), Ph.D, FICS, menjelaskan Penyakit parkinson memiliki sejumlah gejala utama yaitu resting tremor, bradikinesia, rigiditas, serta gangguan postur dan keseimbangan. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain yang dapat menyertai gejala utama tersebut. Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini adalah beberapa gejala parkinson yang perlu Anda waspadai.

1. Resting tremor

Resting tremor adalah gejala gemetar pada anggota gerak tubuh yang biasanya muncul di tangan, wajah, dagu, kaki, dan perut. Tremor yang dialami penderita parkinson bersifat asimetris yang pada awalnya timbul pada satu sisi tubuh, kemudian dapat melibatkan kedua sisi tubuh.

Selain itu, tremor juga bisa terjadi pada saat tidak melakukan aktivitas fisik. Umumnya, diawali dengan gerakan antara ibu jari dan jari telunjuk yang bergerak depan  belakang sehingga sering juga disebut sebagai pill-rolling tremor. Meski begitu, sebanyak 20% penderita tidak menunjukan tremor sebagai keluhan utamanya pada saat berobat ke dokter.

2. Bradikinesia 

Bradikinesia adalah kondisi saat terjadinya perlambatan gerak. Gejala ini sering dirasakan sebagai kelemahan anggota gerak tubuh, meski pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya kelemahan. Penderitanya merasa gejala ini sebagai penurunan ketangkasan anggota gerak saat melakukan aktivitas.

Awalnya mungkin penderita mengeluhkan kesulitan ketika bangun dari kursi atau bangun dari tempat tidur. Kemudian terjadi perlambatan gerak pada otot-otot wajah yang dapat dikenali dengan kurangnya ekspresi wajah dan jarang berkedip.  Normalnya kedipan mata berlangsung 12–20 kali per menit, namun penderita parkinson hanya berkedip 5–6 kali per menit.

Selain dari kedipan mata, gerakan melambat juga bisa dilihat dari gerakan kaki saat berjalan dan memiliki langkah yang kecil-kecil. Untuk fase lanjut tidak jarang dijumpai posisi penderita yang freezing saat berjalan.

3. Rigiditas

Rigiditas yaitu kaku otot dan sendi yang membuat penderita parkinson menjadi lebih kaku dan tidak dapat menggerakan sendi dengan leluasa. Penderita Parkinson biasanya mengalami sulit menekuk tangan, sulit berbicara, juga sulit membuka tangan, mulut, dan mata. Kekakuan pada otot dan sendi juga ditandai dengan tulisan tangan menjadi kecil-kecil (micrographia).

4. Gangguan postur dan keseimbangan

Gangguan postur dan keseimbangan biasanya terjadi pada fase lanjut. Pasalnya, postur tubuh penderita parkinson relatif lebih membungkuk. Pada tahap lanjut, tubuh penderitanya juga dapat terlihat kaku seperti patung, sulit bergerak, miring, sulit duduk, dan mudah jatuh.

5. Kemampuan indra penciuman berkurang

Berkurangnya kemampuan indra penciuman dapat timbul di fase awal penyakit. Bahkan, gejala ini bisa timbul beberapa tahun sebelum gejala gangguan gerak seperti tremor, kekakuan otot, atau kesulitan bergerak mulai muncul.

6. Gangguan fungsi otonom

Orang dengan parkinson juga dapat mengalami gangguan fungsi otonom seperti sulit buang air besar, sering mengalami rasa kebelet buang air kecil, dan gangguan fungsi seksual.

7. Peningkatan produksi air liur

Produksi air liur pada penderita parkinson juga akan meningkat disertai gangguan menelan dan perlambatan otot. Oleh karena itu, penderita juga akan terlihat sering mengiler.

8. Gangguan tidur

Seseorang dengan penyakit Parkinson juga dapat terganggu pola tidurnya. Contoh gangguan tidur yang mungkin dialami seseorang dengan Parkinson di antaranya adalah insomnia, sering terbangun di tengah malam, mengantuk di siang hari, dan lain-lain.d

9. Depresi

Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai proses berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang. Seseorang yang depresi memperlihatkan perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan, disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan. Gangguan ini biasanya muncul di fase awal parkinson ketika penderitanya belum bisa menerima kondisi penyakit tersebut.

10. Cachexia

Pada kasus parkinson yang memasuki stadium lanjut, penderita juga akan mengalami cachexia. Di mana pasien sudah tidak dapat lagi menggerakan tangan dan kakinya, bahkan menggerakan mulut untuk makan. Kondisi yang membuat penderitanya bergantung hidup keluarga atau caregiver. Hal inilah yang nantinya akan berdampak juga ke keluarga, baik dari sisi fisik maupun mental yang lelah karena harus menjaga penderita parkinson.

Perlu diketahui juga bahwa gejala parkinson dapat bervariasi pada setiap orang dan berkembang secara bertahap. 

Pengobatan parkinson

Belum ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit ini. Namun, terdapat beberapa metode pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi gejala dan memperlambat perkembangannya sehingga dapat membantu menjaga kualitas hidup penderita. 

Pengobatan yang diberikan tergantung dari tingkat keparahan yang dialami penderita. Dilansir dari beberapa sumber, berikut pengobatan yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala klinis yang timbul dan memperlambat perkembangan penyakit untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

1. Obat-obatan

Dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meningkatkan produksi hormon dopamin di dalam otak. Pemilihan jenis obat-obatan dan dosisnya juga disesuaikan dengan kondisi penderita. Namun, pada lini pertama biasanya dokter akan merekomendasikan levodopa, yaitu suatu bahan dasar yang akan diubah tubuh menjadi hormon dopamin.  Saat ini, terdapat beberapa obat yang memiliki efek kerja seperti dopamin yang dinamakan dopamine agonist. 

Mengingat penyakit ini bersifat kronis dan progresif, maka dalam jangka yang panjang efektivitas levodopa akan berkurang. Bahkan, obat-obatan ini akan menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, dan gangguan dyskinesia. Pada kondisi ini, penyesuaian dosis levodopa dan pemberian obat-obatan tambahan diperlukan untuk meringankan keluhan penderita.

2. Terapi

Untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien Parkinson, dokter juga dapat merekomendasikan sejumlah terapi rehabilitasi, seperti:

  • Fisioterapi untuk membantu menangani keterbatasan fisik penderita akibat nyeri sendi dan kaku otot.
  • Terapi wicara untuk menangani pasien yang kesulitan berbicara ataupun menelan makanan.
  • Psikoterapi untuk menangani pasien yang mengalami depresi atau gangguan kejiwaan lainnya.

3. Operasi

Apabila pemberian obat-obatan tidak dapat meringankan gejala, mungkin dokter akan melanjutkan dengan tindakan operasi. Tindakan operasi juga dapat dilakukan untuk menangani penyakit Parkinson apabila gejalanya tidak dapat mereda setelah konsumsi obat-obatan. Berikut adalah tindakan operasi yang dapat dilakukan untuk menangani Parkinson:

  • Deep brain stimulation (DBS) yaitu tindakan medis dengan menanamkan elektroda pada otak untuk mengirimkan sinyal listrik ke otak yang terganggu untuk mengurangi gejala parkinson.
  • Gamma knife surgery yaitu tindakan medis dengan menggunakan pancaran sinar radiasi gamma ke bagian otak yang terdampak untuk mengurangi gejala tremor. Prosedur ini biasanya dilakukan jika pasien tidak dapat menjalani tindakan DBS.

Pencegahan parkinson

Sebenarnya tidak mungkin mencegah penyakit parkinson, namun beberapa kebiasaan bisa mengurangi risiko terkena penyakit satu ini. Dilansir dari beberapa sumber, berikut adalah gaya hidup sehat yang bisa diterapkan untuk mengurangi risiko terkena parkinson:

  • Menghindari paparan racun seperti pestisida dan herbisida. Gunakan alternatif untuk produk yang mengandung racun dengan mengambil tindakan pencegahan seperti mengenakan pakaian pelindung jika tidak mungkin menghindarinya. 
  • Hindari trauma kepala. Cobalah kenakan pelindung kepala seperti menggunakan helm saat bersepeda atau bersepeda motor, menggunakan sabuk pengaman saat bepergian dengan mobil, dan sebagainya. 
  • Lakukan latihan fisik dan olahraga secara teratur karena dapat membantu menjaga kadar dopamin di otak.
  • Konsumsi makanan yang dapat membantu mengurangi risiko parkinson seperti kunyit, buah beri, apel, beberapa sayuran, teh, dan anggur merah. 
  • Hindari merokok dan mengonsumsi alkohol.
  • Mengelola stres sebaik mungkin.
  • Mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah secara rutin.
  • Tidur yang cukup dan berkualitas.

Perlu diingat lagi bahwa parkinson bisa diturunkan secara genetik. Namun, tidak semua individu yang memiliki riwayat pasti mengalami sakit yang sama. Karena itu, jangan tunda periksakan diri dan konsultasikan dengan dokter jika memiliki riwayat keluarga dengan parkinson, mengalami gejala parkinson, atau pernah menderita stroke, hipertensi, dan diabetes.

Selain mencegah risiko penyakit parkinson dengan menerapkan gaya hidup sehat, Anda juga perlu mempertimbangkan untuk mendaftar ke dalam asuransi jiwa. Salah satu asuransi yang bisa Anda pilih adalah Asuransi Mandiri Flexi Proteksi dari AXA Mandiri. 

Asuransi Mandiri Flexi Proteksi merupakan produk asuransi jiwa berjangka yang memberikan manfaat asuransi sesuai dengan plan yang dipilih. Asuransi Mandiri Flexi Proteksi memberikan banyak manfaat, mulai dari manfaat meninggal dunia, manfaat kondisi kritis, manfaat rawat inap, serta manfaat akhir masa asuransi dengan pilihan masa pembayaran premi yang lebih singkat daripada masa asuransinya.

Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke Asuransi Mandiri Flexi Proteksi dari AXA Mandiri, konsultasi perencanaan finansial dalam memilih produk asuransi dengan Life Planner AXA Mandiri yang akan membantu Anda memahami manfaat asuransi dan memberikan solusi terbaik sesuai dengan kondisi finansial Anda. Kunjungi situs resmi AXA Mandiri atau hubungi Customer Service AXA Mandiri 1500803 untuk informasi lebih lanjut.

Sumber:

  • https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/video/penyakit-parkinson-adalah
  • https://www.mitrakeluarga.com/artikel/penyakit-parkinson-3
  • https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/mengenal-penyakit-parkinson-pada-lansia