Penyakit TBC, Penyebab, Gejala dan Cara Mengobatinya
Berdasarkan Global TB Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India. WHO memperkirakan 969.000 kasus TBC di Indonesia dengan angka notifikasi saat ini yaitu 717.941 kasus. Lalu apa sebenarnya penyakit TBC?
Dalam artikel ini Anda akan mendapatkan informasi mengenai TBC. Mulai dari apa itu penyakit TBC hingga pada poin penting yang harus dicermati untuk langkah pencegahan. Tentu artikel ini juga diharapkan menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini, dan membawa Anda pada fase yang lebih siap bilamana skenario terburuk terjadi.
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan sebutan TBC merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di bagian paru-paru. Kondisi ini harus mendapat perhatian khusus karena memiliki risiko kematian yang cukup besar.
Tidak hanya dapat menginfeksi bagian paru-paru, bakteri ini juga dapat menjalar dan menginfeksi bagian tubuh lain. Organ tubuh penting seperti ginjal, kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, hingga persendian bisa menjadi bagian yang juga terinfeksi oleh bakteri ini.
Dilansir dari mitrakeluarga.com, secara umum ada dua jenis penyakit TBC yang dikenal, yakni TBC aktif dan TBC laten sebagai berikut:
Penyebab utama dari TBC adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis. Ketika bakteri ini masuk ke bagian paru-paru dan berkembang, maka penyakit tersebut akan muncul.
Menurut halodoc.com, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko masuknya bakteri ini ke tubuh seseorang, yaitu
Perkembangan yang lambat sering kali membuat deteksi awal pada penyakit ini sulit dilakukan. Sebenarnya terdapat beberapa gejala umum yang muncul ketika seorang mengidap TBC, namun gejala ini juga perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan intensif agar dapat mengetahui apa yang memicunya.
Dilansir dari halodoc.com, gejalanya TBC antara lain adalah:
Beberapa gejala lain juga dapat muncul ketika bakteri penyebab penyakit TBC menyebar ke organ lain seperti berikut:
Batuk merupakan respon alami tubuh untuk membersihkan saluran napas dari iritasi atau zat asing. Namun, tidak semua jenis batuk memiliki penyebab yang sama. Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah batuk yang disebabkan oleh infeksi tuberkulosis.
Meski batuk TBC memiliki kesamaan dengan batuk biasa, pemahaman tentang perbedaan antara keduanya sangat penting untuk mendeteksi penyakit sejak dini dan mengambil tindakan yang tepat. Dilansir dari situs resmi Kementerian kesehatan, berikut ini adalah perbedaan antara batuk biasa dengan batuk TBC:
Bakteri TBC menyebar melalui droplet orang yang terinfeksi yang kemudian beterbangan di udara. Ketika droplet ini terhirup oleh orang lain, maka penularan akan terjadi. Orang yang mengalami TBC secara mudah dapat menularkan penyakit ini hanya dengan batuk, bersin, berbicara, atau bahkan bernyanyi.
Namun jika seseorang memiliki kondisi daya tahan tubuh baik, infeksi ini tidak akan menimbulkan gejala secara langsung. Oleh karena itu, orang yang menjenguk penderita TBC sangat disarankan untuk menjaga jarak, menggunakan masker, dan segera membersihkan diri setelah selesai menjenguk.
Ketika seseorang mengidap TBC dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka kemungkinan komplikasi bisa saja terjadi. Seiring perkembangannya, bakteri TBC tidak hanya menginfeksi paru-paru tetapi juga bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dilansir dari Siloam Hospital, berikut beberapa komplikasi yang mungkin dialami oleh pengidap TBC:
Pada dasarnya bakteri penyebab TBC sulit dimatikan dengan satu jenis obat saja. Inilah alasan proses pengobatannya akan memakan waktu yang cukup lama dengan konsumsi beberapa obat sesuai dengan kondisi penderita.
Kombinasi obat untuk penyakit ini dikenal dengan nama pengobatan OAT atau obat anti tuberkulosis. Dosisnya diberikan antara 6 hingga 12 bulan, tergantung diagnosis dokter yang menanganinya. Beberapa obat yang umum digunakan adalah Isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid.
Pada skenario yang lebih berat, pengobatan dapat dilakukan hingga 30 bulan. Hal ini terjadi saat kasus TBC yang dialami bersifat resisten pada obat, sehingga masa pengobatan dan penyembuhannya harus memakan waktu lebih lama.
Menerapkan pola hidup sehat akan jadi langkah utama dari pencegahan penyakit ini. Tidak berkunjung ke area yang rawan infeksi bakteri TBC, kemudian meminimalisir kontak dengan penderita TBC, dan memberikan vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) menjadi langkah terbaik untuk mencegah infeksinya.
Berbagai risiko penyakit senantiasa mengincar seorang yang tidak cermat dalam menjaga kondisi tubuhnya. Oleh karena itu, Anda perlu meningkatkan kewaspadaan pada risiko penyakit yang memerlukan perawatan jangka panjang seperti penyakit TBC yang tentunya membutuhkan biaya pengobatan cukup besar. Tidak hanya itu saja, kewaspadaan pada penyakit lain yang tak kalah serius seperti sakit jantung dan kanker payudara juga wajib ditingkatkan, sehingga Anda dapat menyiapkan berbagai langkah pencegahan untuk skenario terburuk.
Asuransi kesehatan dari AXA Mandiri dapat menjadi salah satu opsi masuk akal sebagai persiapan untuk mencegah risiko keuangan jika terjadi skenario tersebut. Dengan berbagai produk asuransi kesehatan dari AXA Mandiri yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, Anda akan mendapatkan uang pertanggungan yang dapat digunakan untuk biaya berobat apabila terjadi risiko yang dijamin dalam polis asuransi.
Anda bisa memperoleh informasi lengkap mengenai produk asuransi yang sesuai kebutuhan Anda dan keluarga dengan mengunjungi website AXA Mandiri atau menghubungi financial advisor AXA Mandiri di kantor cabang Bank Mandiri dan Bank Syariah Indonesia terdekat. Selain itu Anda juga dapat menghubungi contact center AXA Mandiri 1500803 apabila masih memiliki pertanyaan mengenai produk asuransi yang Anda butuhkan.
Sumber:
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi