Cara Mengatasi Depresi Pada Remaja dengan Mudah, Pahami Gejala dan Penyebabnya
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang kasus bunuh diri yang dialami para remaja. Dilansir dari VOA Indonesia, kebanyakan kasus bunuh diri berawal dari depresi yang tidak menemukan jalan keluar, baik karena masalah asmara, keluarga, kuliah atau pertemanan. Bukan hanya terjadi pada kalangan remaja saja, kasus bunuh diri juga terjadi pada siswa sekolah, baik di tingkat menengah pertama maupun menengah atas.
Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sebuah survei kesehatan mental yang dipublikasikan akhir 2022 menyebutkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental, dalam angka itu adalah 15,5 juta remaja. Sayangnya, hanya 2,6% remaja dengan masalah kesehatan mental yang menggunakan fasilitas konseling. Padahal, fasilitas konseling ini menjadi salah satu cara mengatasi depresi yang dapat mengurangi kasus bunuh diri.
Penyebab depresi pada remaja tentu sangat beragam, mulai dari karena adanya tekanan teman sebaya, tekanan pendidikan, atau perubahan pada tubuhnya. Menurut Guru Besar Psikologi Klinis Universitas Gadjah Mada, Profesor Sofia Retnowati yang dilansir dari VOA Indonesia, menyebut faktor yang memicu seorang remaja bunuh diri antara lain biologis, sosial, psikologis, dan kultural. Bentuknya juga beragam, mulai dari tingkat religiusitas yang rendah, depresi, keadaan sosial ekonomi tidak baik, memiliki penyakit kronis, usia lanjut, hingga penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa penyebab depresi pada remaja yang dilansir dari The AsianParent:
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksi depresi akan menjadi masalah gangguan kesehatan utama, khususnya pada remaja. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beberapa gejala depresi pada remaja, khususnya bagi Anda para orang tua. Dilansir dari Liputan 6, berikut beberapa gejala depresi pada remaja yang perlu diketahui:
Gejala ini menjadi tanda awal terjadinya depresi pada remaja dan sering kali membuat orangtua bingung. Di fase awal ini, biasanya anak-anak atau remaja sering tiba-tiba mengalami perubahan suasana hati tanpa sebab. Oleh karena itu, jika Anda menemukan tanda ini pada Anda atau keluarga, cobalah mencari tahu penyebabnya.
Ketika mengalami gejala depresi, biasanya remaja atau anak-anak akan kehilangan minatnya. Jika suatu hal yang digemari anak menjadi tidak dianggap sebagai sesuatu yang menarik, maka Anda perlu mewaspadainya karena bisa jadi ini adalah tanda awal depresi pada anak dan remaja.
Apabila nafsu makan dan berat badan sudah mulai terdampak, kemungkinan ia sedang mengalami stress eating. Gejala depresi pada remaja bisa dilihat ketika mereka makan berlebih ataupun sebaliknya. Stress eating dapat menyebabkan seseorang mengalami peningkatan nafsu makan yang berakibat pada kenaikan atau menurunnya berat badan karena perubahan nafsu makan akibat masalah yang dialami.
Gejala depresi pada remaja selanjutnya yang bisa Anda lihat adalah ketika mereka mudah merasa bersalah atau putus asa, terutama saat menghadapi suatu kondisi. Masalah yang dialami membuat dirinya merasa tidak berarti sehingga dapat berakibat pada keinginan bunuh diri jika tidak segera diatasi Baca Juga: Ingin Tahu Cara Menerapkan Pola Hidup Sehat dan Manfaatnya Bagi Tubuh?
Penurunan energi juga dapat menjadi gejala depresi pada remaja. Jika mengalami kondisi ini, mereka biasanya akan malas beraktivitas dan lebih memilih berdiam diri di kamar atau di rumah dibandingkan main di luar bersama teman-temannya.
Ketika mengalami depresi, biasanya remaja dan anak-anak akan kesulitan memenuhi kewajiban akademik karena untuk menjalani hari dengan energi yang cukup saja akan terasa sulit. Dengan begitu, ketika Anda mendapati seorang remaja mengalami penurunan nilai akademik, maka hal ini bisa menjadi gejala depresi yang perlu diwaspadai. Pastikan untuk tidak memaksa mereka belajar demi mendapatkan nilai yang baik. Sebab, walaupun sudah berusaha, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa karena sulit berkonsentrasi.
Meski bosan, remaja atau anak-anak yang mengalami depresi tidak akan memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu, sekalipun ditawarkan hal menyenangkan seperti berlibur. Jadi, perhatikan dengan saksama bila mereka menunjukkan gejala ini.
Perubahan pola tidur juga dapat terjadi ketika seseorang mengalami depresi. Kondisi ini menjadi peringatan gejala depresi pada remaja yang harus diwaspadai. Ketika terjadi masalah, biasanya mereka akan terjaga karena terpikir masalah tersebut secara terus-menerus, atau justru malah ingin tidur terus karena ingin melupakan adanya masalah sehingga ia tidak memiliki energi untuk melakukan hal lain.
Remaja depresi juga sering menarik diri dari teman maupun aktivitas setelah sekolah, misalnya kegiatan ekstrakurikuler atau les. Remaja atau anak-anak yang mengalami depresi biasanya merasa sudah tidak memiliki energi lagi untuk melakukan aktivitas lain dan ingin menyendiri.
Pikiran untuk bunuh diri sulit dihindari ketika anak dan remaja mengalami depresi. Oleh karena itu, jika sudah sampai ke gejala ini, ada baiknya untuk segera mencari bantuan profesional, seperti psikolog anak. Pastikan juga untuk selalu mendampingi mereka ketika melakukan sesi konseling. Apabila Anda tidak bisa, mintalah anggota keluarga yang lain agar bergantian menemaninya sehingga anak tidak merasa sendiri.
Berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog adalah salah satu cara mengatasi depresi pada remaja. Selain itu, pastikan juga Anda mengambil peran dalam mengatasi masalah ini. Peran orang tua menjadi hal penting dalam mengatasi depresi pada remaja dan sebagai bentuk dukungan ketika depresi terjadi. Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini cara mengatasi depresi pada remaja yang bisa Anda lakukan:
Ketika melihat anak memiliki gejala depresi, cobalah ajak berkomunikasi untuk mengetahui apa yang sedang ia rasakan dan pikirkan. Hal ini dapat menjadi salah satu cara mengatasi depresi paling efektif karena ia tidak akan merasa sendirian dalam mengalami masa-masa sulit.
Namun biasanya anak remaja sedikit sulit membuka diri kepada orang tuanya. Jika Anda memiliki kedekatan dengan mereka, tentu proses ini jadi cukup mudah. Coba tawarkan mereka tempat untuk berbicara kapan pun mereka sudah siap. Namun jika Anda tidak terlalu dekat dengan anak, Anda bisa coba meminta tolong dengan orang dewasa yang dekat dengan anak untuk menjadi pendengarnya.
Ketika mengalami depresi, ada kemungkinan anak remaja akan mengalami beberapa gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, Anda harus membantu dirinya untuk bisa melewati masa-masa sulit. Salah satunya dengan membantu anak berperilaku hidup sehat seperti cukup tidur, berolahraga, dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi.
Ketika anak remaja merasa berada di titik terendahnya dan sedang mengalami masa-masa sulit, selalu tunjukkan kasih sayang dan kepedulian Anda kepadanya agar mereka tidak pernah merasa ditinggal sendirian. Selain itu, ajarkan pada anak untuk bisa membagi perasaan secara terbuka agar beban mereka bisa berkurang.
Ketika anak remaja sudah terlalu jenuh hingga mengalami depresi, habiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama, misalnya menonton film, bermain game, melakukan aktivitas yang belum pernah dilakukan, pergi liburan untuk mendapatkan suasana baru, dan lain-lain. Cara mengatasi depresi ini dapat membantu suasana hati yang tertekan untuk menjadi lebih baik.
Jika anak ingin mengurung diri, bujuk secara perlahan untuk mau keluar kamar dan melakukan aktivitas ringan. Mengisolasi diri hanya bisa memperburuk perasaan depresi dan membuat beban terasa menjadi lebih berat.
Ketika depresi menyerang anak remaja, perilakunya akan berubah dan tidak menutup kemungkinan bisa membuat Anda ikut frustasi. Ingat kembali bahwa perubahan perilaku ini adalah efek depresi sehingga coba untuk tetap sabar, pengertian, dan hindari penggunaan kata-kata kasar agar hubungan Anda dan anak tetap terjaga dengan baik.
Ketika sedang depresi, sebagian remaja berkeinginan untuk mencoba alkohol dan obat-obatan terlarang, apalagi jika lingkungan sekitar mendukung. Oleh karena itu sebagai orang tua tentu Anda juga perlu memerhatikan pergaulan dan lingkungan mereka untuk terhindar dari alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini karena dapat membuat mereka makin terpuruk dan membuat kondisi kesehatan pun akan terganggu.
Apabila anak sudah mulai menunjukkan perilaku berbahaya seperti keinginan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, maka Anda perlu segera meminta bantuan medis, baik berkonsultasi dengan psikolog maupun psikiater. Pastikan juga untuk memahami perawatan yang diberikan untuk mempermudah Anda menanggapi dan memberikan dukungan bagi mereka. Jika anak Anda diresepkan obat, maka pastikan juga untuk selalu mengonsumsinya secara teratur sesuai anjuran.
Selain itu, pastikan juga Anda segera mengatasinya jika sudah menemukan gejala depresi pada diri Anda, anak ataupun keluarga lainnya. Hal ini karena depresi yang tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan sejumlah komplikasi penyakit seperti penyakit jantung, obesitas, dan diabetes akibat pola hidup tidak sehat selama mengalami depresi.
Oleh karena itu, Anda juga perlu melindungi diri dan keluarga dengan asuransi kesehatan untuk mencegah terjadinya risiko keuangan akibat beberapa komplikasi penyakit akibat depresi. Pasalnya, siapapun bisa mengalami depresi, mulai dari anak-anak hingga Anda yang sudah dewasa.
Dengan mendaftarkan diri ke dalam asuransi kesehatan dari AXA Mandiri, Anda bisa mencegah risiko keuangan yang diakibatkan oleh berbagai penyakit karena depresi. Anda bisa mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam produk asuransi kesehatan dari AXA Mandiri melalui website AXA Mandiri atau menghubungi Financial Advisor AXA Mandiri dengan mengunjungi Kantor Cabang Bank Mandiri atau Bank Syariah Indonesia terdekat atau menghubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.
Sumber:
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi