Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda & Cara Mencegahnya dengan Tepat
Awalnya penyakit diabetes identik dengan orang berusia lanjut seperti 40 tahun ke atas. Namun saat ini penyakit diabetes juga bisa menyerang anak muda atau remaja. Dilansir dari situs resmi EMC Healthcare, diabetes yang menyerang orang berusia lebih muda justru cenderung lebih berbahaya dibandingkan orang dengan usia lanjut.
Umumnya, diabetes yang diderita anak muda disebabkan karena pola gaya hidup dan juga masalah kesehatan. Menurut Data Indonesia yang dilansir dari Halodoc, terdapat sekitar 19,5 juta warga Indonesia yang berusia 20-79 tahun mengidap diabetes pada tahun 2021. Oleh karena itu, penyakit diabetes ini tidak bisa diremehkan dan perlu diwaspadai. Pasalnya, penyakit ini berisiko menyebabkan penyakit komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal, hingga kematian.
Menurut laporan International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes tipe 1 di Indonesia mencapai 41,8 ribu orang pada 2022. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penderita diabetes tipe 1 terbanyak di ASEAN, serta peringkat ke-34 dari 204 negara di skala global.
Sumber: Databoks
Mayoritas penderita diabetes tipe 1 di Indonesia berusia antara 20-59 tahun. Namun, penderita yang usianya muda juga cukup banyak, seperti terlihat pada grafik di atas. Selain itu, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penderita diabetes tipe 1 lebih sedikit dibanding tipe 2 dengan proporsi hanya sekitar 10% dari total penderita diabetes.
Bukan hanya terjadi pada orang dewasa, sejak 2023 lalu kasus penderita diabetes pada anak-anak juga terus meningkat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut bahwa jumlah penderita diabetes anak di Indonesia yang tercatat per Januari 2023 mencapai 1.645 pasien. Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Muhammad Faizi, menyebut bahwa kasus diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat sebanyak 70 kali lipat sepanjang periode 2010 hingga 2023.
Untuk diketahui, prevalensi kasus diabetes anak di Indonesia pada 2010 adalah 0,028 per 100 ribu jiwa. Kemudian, angkanya naik menjadi 2 per 100 ribu jiwa pada 2023. Menurut Faizi, Jakarta dan Surabaya menjadi kota penyumbang kasus diabetes anak terbanyak di Indonesia.
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Berdasarkan data IDAI, sebagian besar anak penderita diabetes melitus berusia 10-14 tahun dengan rasio 46,23 persen. Kemudian disusul anak usia 5-9 tahun, dengan proporsi 31,05 persen. Ditinjau dari jenis kelamin, kasus diabetes anak banyak terjadi pada perempuan, dengan proporsi 59,3 persen.
Meskipun ada faktor lain seperti faktor genetik yang meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes, namun masalah utama anak muda yang menderita diabetes adalah gaya hidup yang tidak sehat. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu anak muda terserang diabetes yang dilansir dari beberapa sumber.
Perlu diketahui juga bahwa diagnosis prediabetes bukan berarti sudah didiagnosis sebagai penderita diabetes. Namun hal ini ini bisa menjadi ciri-ciri diabetes di usia muda, di mana gula darah Anda telah tergolong tinggi dan di atas nilai batas normal sehingga jika dibiarkan dapat berpotensi menyebabkan risiko penyakit.
Ciri-ciri diabetes di usia muda
Meskipun identik dengan kelompok lansia, nyatanya penyakit ini juga bisa menyerang usia muda. Gejala diabetes di usia muda hampir serupa dengan penderita diabetes usia lainnya, baik pada penderita diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri diabetes di usia muda yang dilansir dari beberapa sumber.
Peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama di malam hari (nokturia) adalah gejala umum diabetes. Kondisi ini terjadi karena tubuh berusaha untuk menghilangkan kelebihan glukosa melalui urine.
Dalam dunia medis, ciri diabetes yang ini disebut poliuria. Diabetesi cenderung sering buang air kecil karena gula darahnya sudah terlalu tinggi (hiperglikemia). Idealnya, gula darah akan disaring oleh ginjal dan diserap kembali ke dalam darah. Akan tetapi, kadar gula sudah terlalu tinggi membuat ginjal tidak bisa menyerap semua gula darah. Akibatnya, urine yang terbentuk di dalam ginjal akan mengandung banyak gula.
Selain itu, kadar gula yang tinggi dapat meningkatkan tekanan osmotik urine yang membuat urine menarik lebih banyak air untuk menyeimbangkan konsentrasinya. Kondisi ini menyebabkan volume urine bertambah banyak sehingga diabetesi menjadi sering buang air kecil.
Gejala diabetes kedua yaitu dorongan untuk terus minum atau polidipsia. Rasa haus ini berbeda dengan haus biasanya karena tidak akan hilang meski sudah minum. Kondisi ini juga tidak terpengaruh oleh cuaca karena meski cuaca tidak panas atau cenderung sejuk, tubuh tetap memiliki dorongan untuk selalu minum.
Pada kondisi normal, gula di dalam darah akan disaring ginjal dan diserap kembali ke dalam darah. Namun, jika kadar gula darah sangat tinggi, ginjal tidak dapat menyerap seluruh gula sehingga gula akan menumpuk di dalam urine.
Urine yang tinggi kadar gulanya akan mempunyai tekanan osmotik yang tinggi sehingga menarik molekul air lebih banyak. Seiring waktu, komponen air yang tertarik ke dalam urine akan semakin banyak dan frekuensi kencing terus meningkat. Kedua kondisi tersebut lalu menyebabkan dehidrasi sehingga tubuh mengirimkan sinyal haus ke otak. Pada kondisi ini, pengidap diabetes akan menjadi haus dan lebih banyak minum.
Selain selalu ingin makan, berat badan yang turun drastis juga bisa menjadi gejala awal diabetes. Menurut Cleveland Clinic, berat badan dikatakan turun drastis jika penurunannya kira-kira telah lebih dari 5% berat badan total Anda.
Normalnya, tubuh akan menggunakan glikogen (glukosa) sebagai sumber energi. Namun, karena masalah insulin yang tidak mampu memproses perubahan glukosa menjadi energi, maka tubuh mulai “mencari” sumber lain dari tubuh yaitu lemak dan protein.
Tubuh akan terus berusaha memecah lemak dan otot untuk dijadikan energi. Proses pemecahan inilah yang membuat Anda mengalami penurunan berat badan dan membuat penderita diabetes menjadi kurus.
Penderita diabetes juga sering merasa sangat lapar (polifagia) karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa dari makanan secara efektif. Padahal, Glukosa digunakan sebagai sumber energi bagi setiap sel, jaringan, dan organ tubuh. Hormon insulin lah yang bertanggung jawab untuk menjalankan proses ini.
Pada kondisi diabetes, terjadi masalah dengan produksi insulin atau kemampuan tubuh dalam merespons insulin. Akibatnya, proses perubahan glukosa menjadi energi pun terhambat. Kebutuhan energi pun jadi tidak terpenuhi, sekalipun sudah makan.
Kondisi tubuh yang lemas, lemah, atau tidak berenergi secara tidak wajar dan terjadi secara terus-menerus juga menjadi ciri umum diabetes. Terdapat dua faktor penyebab gejala ini yaitu kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah (hipoglikemia).
Selain akibat ketidakseimbangan glukosa darah, keluhan lemas dan sakit kepala juga bisa muncul karena insulin tidak bekerja dengan efektif atau produksi insulin mengalami gangguan. Padahal, tubuh membutuhkan insulin untuk mengubah glukosa menjadi energi bagi sel-sel tubuh. Jika fungsi atau produksi insulin terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dan malah menumpuk dalam darah.
Alhasil, sel tubuh tidak menerima asupan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya secara optimal dan membuat penderita diabetes merasa lemas, lesu, dan tidak bertenaga, terutama beberapa saat setelah makan.
Kemampuan penglihatan memang terus menurun seiring bertambahnya usia. Namun, kadar gula darah bisa berefek langsung pada tubuh, salah satunya gangguan pada penglihatan. Gejala diabetes yang berhubungan dengan gangguan penglihatan yaitu mata kabur, buram, atau keruh.
Keluhan seperti ini yang terjadi sejak usia muda bisa menjadi tanda komplikasi diabetes tipe 1. Tingginya glukosa darah pada diabetesi dapat menyebabkan kerusakan saraf serta perdarahan pada pembuluh mata. Kondisi ini akan mengganggu pengiriman informasi dan sinyal dari retina mata ke otak.
Luka atau infeksi juga tidak kunjung sembuh bisa menjadi salah satu tanda diabetes. Hal ini karena kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan dinding pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras. Akibatnya, aliran darah kaya oksigen dari jantung menuju seluruh tubuh jadi terhambat.
Padahal, bagian tubuh yang mengalami luka sangat memerlukan oksigen dan nutrisi yang terkandung dalam darah supaya lekas sembuh. Sel-sel tubuh pun kesulitan untuk memperbaiki jaringan dan saraf yang rusak. Hasilnya, penyembuhan luka terbuka para diabetesi cenderung lebih lambat.
Ditambah lagi, tingginya kadar gula darah membuat sel tubuh yang bertugas untuk menjaga sistem imun menjadi lemah sehingga membuat luka sedikit saja bisa berkembang menjadi infeksi parah yang sulit diobati.
Penderita diabetes muda sering mengalami infeksi kulit seperti infeksi jamur atau bakteri di area-area tertentu, bahkan di area selangkangan. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah yang bisa menjadi tempat berkembang biak untuk mikroorganisme, khususnya di area-area lembap.
Pada wanita, gejala diabetes bisa diawali dengan infeksi jamur pada vagina. Gejalanya bisa meliputi gatal, nyeri, keputihan, dan rasa sakit saat berhubungan seks. Infeksi vagina ini disebabkan oleh pertumbuhan jamur candida. Hal ini terjadi karena kadar glukosa darah yang tinggi menghambat sistem kekebalan tubuh dalam melawan bakteri dan jamur penyebab penyakit.
Bakteri dan jamur juga mendapatkan energi tambahan untuk menyebar dan menyerang ke bagian tubuh yang lain. Hal inilah yang membuat pengidap diabetes dapat mengalami infeksi pada berbagai bagian tubuhnya baik yang tampak dari luar maupun tidak.
Ciri-ciri diabetes selanjutnya yang cukup umum adalah kesemutan, kebas, atau sensasi dingin menggelitik pada kaki. Memang ada banyak faktor yang menjadi penyebab kesemutan. Namun dalam banyak kasus, kesemutan di tangan maupun kaki yang berlangsung lama dan berulang bisa menandakan kerusakan saraf akibat penyakit sistemik seperti diabetes.
Dalam istilah medis, diabetes yang mengakibatkan kerusakan saraf ini disebut neuropati perifer (neuropati diabetik). Seiring berjalannya waktu, gejala neuropati perifer pada pasien diabetes dapat memburuk, mengakibatkan penurunan gerak, bahkan kecacatan.
Menurut American Diabetes Association, 1 dari 3 orang akan mengalami ciri-ciri diabetes seperti kulit kering dan gatal. Kondisi ini terjadi karena tubuh Anda kehilangan banyak cairan lewat urine yang membuat kulit kehilangan kelembapan alaminya.
Di samping itu, kulit gatal karena diabetes bisa terjadi akibat berkurangnya fungsi saraf dan terhambatnya sirkulasi darah. Gula darah yang tinggi akan memengaruhi cara kerja sistem saraf dan menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak zat sitokin.Sitokin merupakan protein kecil yang membantu penghantaran sinyal antarsel. Produksi sitokin yang berlebihan dapat membuat kulit meradang, kering, gatal, dan pecah-pecah.
Diabetes juga bisa menimbulkan gejala lain berupa bercak hitam pada kulit (akantosis nigrikans). Kondisi ini terjadi karena kadar insulin yang tinggi memicu produksi pigmen secara berlebihan yang membuat kulit tampak lebih gelap, menebal, atau bersisik.
Penderita diabetes bisa mengalami gejala yang bervariasi dan tidak ada perbedaan yang mendasar antara gejala diabetes pada wanita dan pria. Akan tetapi, terdapat gejala khas diabetes yang hanya terjadi pada wanita. Beberapa ciri diabetes mirip dengan PCOS.
PCOS terjadi ketika kelenjar adrenal menghasilkan lebih banyak hormon pria (hiperandrogenismo) akibat resistensi insulin. Tanda-tanda umum PCOS meliputi jadwal menstruasi yang tidak teratur, berat badan bertambah, jerawat, dan munculnya depresi. Sindrom ini juga dapat menyebabkan ketidaksuburan serta peningkatan kadar gula darah.
Ciri-ciri diabetes juga bisa terlihat pada gusi dan gigi. Pasalnya, mulut merupakan pintu utama masuknya makanan ke dalam tubuh. Mulut menjadi lingkungan yang sempurna bagi bakteri untuk berkembang biak.
Sistem imun orang yang sehat mampu melawan bakteri di mulut. Namun, penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imunnya lebih lemah. Hal ini mendukung pertumbuhan bakteri yang pesat sehingga menyebabkan infeksi gusi.
Perlu diketahui juga bahwa ciri-ciri diabetes tipe 1 di usia muda dapat berkembang lebih cepat daripada diabetes tipe 2. Gejala diabetes tipe 1 dapat berkembang dalam beberapa minggu bahkan beberapa hari saja sehingga lebih cepat dikenali. Sedangkan gejala diabetes tipe 2 cenderung tidak spesifik dan sulit dikenali sehingga menyebabkan penyakit ini baru terdiagnosis selama bertahun-tahun setelah komplikasi muncul.
Di Indonesia, diagnosis diabetes tipe 1 untuk pertama kali paling banyak pada kelompok usia 10–14 tahun. Sedangkan diabetes tipe 2 pada usia muda, baru terdiagnosis ketika memasuki pubertas atau usia yang lebih dewasa.
Secara umum diabetes dibedakan menjadi dua, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Dilansir dari Alodokter, berikut perbedaan kedua jenis diabetes yang perlu Anda ketahui.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat sehingga memicu kerusakan pada organ tubuh.
Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun yang penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan penyakit ini terkait dengan faktor genetik dan faktor lingkungan.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak terjadi yaitu sekitar 90–95%. Diabetes tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin sehingga insulin yang dihasilkan tidak bisa digunakan dengan baik. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah resistensi insulin.
Selain kedua jenis diabetes tersebut, ada juga jenis diabetes yang biasa terjadi pada ibu hamil yaitu diabetes gestasional. Diabetes jenis ini disebabkan oleh perubahan hormon pada masa kehamilan tetapi biasanya gula darah penderita akan kembali normal setelah masa persalinan.
Skrining diabetes bermanfaat untuk membantu mendiagnosis kondisi diabetes yang dapat membantu dokter menyarankan obat yang diperlukan, perubahan pola makan, dan aktivitas fisik.
Diabetes yang tidak terobati atau terkelola dengan baik dapat menyebabkan gula darah (glukosa darah) tinggi yang dapat merusak pembuluh darah dan saraf seiring waktu, serta menyebabkan komplikasi seperti gangguan penglihatan, kesemutan, mati rasa di tangan atau kaki, dan peningkatan risiko serangan jantung atau stroke.
Menjalani skrining diabetes menjadi salah satu cara mencegah dan mengatasi gejala diabetes, juga membantu Anda menjalani aktivitas seperti biasa. Dilansir dari Halodoc, berikut adalah beberapa jenis tes yang biasa dilakukan dalam skrining diabetes.
Tes ini mengharuskan Anda berpuasa minimal 8 jam sebelum prosedur pemeriksaan. Jenis skrining ini paling baik dilakukan di pagi hari dengan kondisi belum makan atau minum apapun kecuali air putih.
Skrining diabetes ini dapat dilakukan kapan saja tanpa perlu berpuasa terlebih dahulu sebelumnya.
Tes hemoglobin terglikasi atau HbA1C dilakukan untuk mengukur kadar glukosa darah rata-rata, selama dua hingga tiga bulan terakhir. Metode skrining ini mengukur jumlah glukosa yang melekat pada hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen.
Untuk melakukan tes ini, Anda tidak perlu berpuasa terlebih dahulu dan hanya membutuhkan pengambilan sedikit sampel darah. Darah dapat diambil dengan menusuk jari atau diambil dari lengan.
Skrining diabetes ini akan mengukur kadar glukosa darah pertama kali setelah puasa semalaman. Kemudian, dokter akan meminta Anda mengonsumsi minuman manis khusus, kemudian setelah 2 jam Anda akan menjalani pemeriksaan glukosa darah lagi.
Tes urine tidak selalu digunakan untuk mendiagnosis diabetes. Namun, dokter sering menggunakannya jika ada kemungkinan Anda mengidap diabetes tipe 1. Di mana, tubuh memproduksi bahan kimia yang bernama keton ketika jaringan lemak digunakan untuk energi, bukan glukosa. Laboratorium dapat menguji urine untuk mendeteksi keton ini. Jika terdapat keton dalam jumlah sedang hingga besar dalam urine, ini bisa mengindikasikan tubuh tidak membuat cukup insulin untuk memecah glukosa menjadi energi.
Diabetes gestasional dapat terjadi ketika hamil dan biasanya hilang setelah melahirkan. Dokter dapat menggunakan dua jenis tes glukosa untuk mendiagnosis diabetes gestasional, yaitu:
Meski memiliki risiko terserang penyakit diabetes di usia muda, Anda juga bisa mencegahnya dengan menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah diabetes di usia muda yang dilansir dari beberapa sumber.
Menjaga berat badan ideal bukan hanya membuat Anda tampil percaya diri, namun juga membantu Anda mengurangi risiko terkena diabetes. Pasalnya, obesitas menjadi salah satu faktor utama remaja berisiko terkena diabetes tipe 2.
Agar terhindar dari risiko penyakit diabetes, Anda juga perlu menerapkan pola hidup sehat, salah satunya dengan mengonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran. Selain itu, Anda juga perlu memperbanyak makanan tinggi protein dari biji-bijian, dan makanan rendah kalori dan lemak
Untuk mencegah terjadinya risiko penyakit diabetes, Anda juga perlu mengurangi asupan gula dan menggantinya dengan pemanis yang lebih aman seperti sorbitol atau stevia. Mengganti gula dengan pemanis rendah kalori juga dapat membantu meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh yang membantu mengontrol gula darah.
Berolahraga rutin setidaknya 150 menit dalam per minggu dapat membantu mengubah gula darah menjadi energi serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin sehingga dapat mengurangi risiko terkena diabetes.
Pastikan juga untuk selalu mengontrol kadar gula darah secara rutin agar terhindar dari risiko terjadinya komplikasi akibat diabetes. Kontrol gula darah dapat dilakukan secara mandiri atau melakukan pemeriksaan rutin ke dokter sesuai jadwal yang telah disarankan.
Selain mencegah diabetes dengan melakukan beberapa hal di atas, pastikan juga untuk mencegah risiko keuangan yang dapat diakibatkan oleh penyakit diabetes di kemudian hari. Anda bisa mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam asuransi, salah satunya Asuransi Mandiri Flexi Proteksi dari AXA Mandiri.
Asuransi Mandiri Flexi Proteksi merupakan produk asuransi jiwa berjangka yang memberikan Manfaat Asuransi sesuai dengan Plan yang dipilih. Dengan asuransi ini, Anda akan mendapatkan beberapa manfaat seperti Manfaat Meninggal Dunia, Manfaat Kondisi Kritis, Manfaat Rawat Inap, serta Manfaat Akhir Masa Asuransi dengan pilihan Masa Pembayaran Premi yang lebih singkat daripada Masa Asuransi
Dengan Asuransi Mandiri Flexi Proteksi dari AXA Mandiri, hanya dengan premi asuransi mulai dari Rp200 ribu per bulan, Anda sudah bisa mendapatkan perlindungan jiwa sekaligus manfaat ketika terjadi kondisi kritis seperti kondisi yang disebabkan dari komplikasi penyakit diabetes seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, hingga penyakit terminal atau penyakit tahap akhir yang sangat mungkin mengakibatkan kematian dalam waktu 6 (enam) bulan menurut pendapat dokter spesialis.
Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Flexi Proteksi, silakan langsung kunjungi website AXA Mandiri atau hubungi Financial Advisor AXA Mandiri dengan mengunjungi Kantor Cabang Bank Mandiri atau Bank Syariah Indonesia terdekat atau menghubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.
Sumber:
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi