Asset Publisher

Asset Publisher

null Cegah Komplikasi Serius dengan Mengenal Gejala dan Pengobatan Penyakit Kritis Sejak Dini
Inspirasi Berita

Beberapa masalah kesehatan berikut masih banyak menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian, seperti kanker, jantung Koroner, hepatitis dan penyakit kritis lainnya. Agar kita mengetahui cara penanganan yang tepat, lakukan pemeriksaan rutin dan juga lengkapi hidup dengan solusi perlindungan kesehatan atau penyakit kritis.

Gejala dan pengobatan penyakit kritis

Sebagai informasi awal, simak beberapa penjelasan tentang penyakit kritis dan komplikasinya berikut agar kita bisa mengenali gejala dan pengobatannya sejak dini.

1. Jantung Koroner

Meski cukup banyak jenisnya, namun gangguan jantung yang paling umum ditemukan adalah penyakit arteri koroner. Ini adalah kondisi tersumbatnya pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung akibat akumulasi plak (lemak, kolesterol, kalsium, dan endapan lain). Plak tersebut bisa mengeras sehingga arteri koroner menyempit, atau bocor, sehingga terjadi pembekuan darah di permukaan plak. Hal itu membuat aliran darah ke jantung terhambat dan biasanya gejala muncul berupa rasa sakit pada daerah dada.

Ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang mungkin menderita penyakit jantung koroner. Usia, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan keluarga merupakan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol. Sedangkan kolesterol tinggi, hipertensi, obesitas, kurang olahraga, merokok, dan diabetes adalah faktor risiko yang berkaitan dengan gaya hidup sehingga bisa dikontrol.

Teknologi perawatan penyakit jantung dapat membantu mengurangi tingkat kematian akibat jantung koroner. Diharapkan, perubahan gaya hidup dan obat-obatan membuat kondisi jantung membaik. Jika diperlukan tindakan bedah, sejak tahun 1970-an, para dokter spesialis jantung telah mengembangkan metode angioplasty balon, stent metal, stent drug eluting metal hingga bypass.

2. Kanker

Kanker bermula ketika terjadi kerusakan DNA sehingga sel di salah satu bagian tubuh tumbuh tidak terkontrol. Sel-sel tubuh yang normal lantas tumbuh untuk menggantikan sel-sel yang mati. Sedang sel-sel kanker terus tumbuh dan membentuk sel-sel abnormal bahkan tumbuh di jaringan tubuh lain serta merusaknya. Kenapa DNA bisa rusak? Kebanyakan kerusakan terjadi karena ada ‘kesalahan’ ketika sel bereproduksi atau karena sel terpapar sesuatu dari lingkungan, misalnya asap rokok. Tapi sebetulnya masih sulit untuk menyebut dengan pasti penyebab timbulnya kanker pada seseorang.

Di seluruh dunia, kanker termasuk penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian. Menurut WHO, pada tahun 2008, ada 7,6 juta orang di dunia yang meninggal dunia akibat kanker dan 70% kematian akibat kanker terjadi di negara-negara yang warganya berpenghasilan rendah-menengah.

Itu sebabnya, upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan tepat (serta murah) sangatlah penting. Pasalnya, sekitar 30% kematian akibat kanker sebenarnya bisa dicegah karena berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan, yaitu kegemukan, kurang asupan buah dan sayuran, kurang gerak dan olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol.

Pentingnya deteksi dini adalah peluang sembuh dapat diperbesar jika kanker terdeteksi di tahap dini dan segera diobati. Berikut deteksi dini penyakit kanker yang dapat dilakukan:

  • Diagnosis dini: gejala awal dikenali, didiagnosis dan diobati.
  • Screening: tes kesehatan sebelum ada gejala untuk menemukan ketidaknormalan sel yang menjurus kanker. Jika ditemukan sel pra-kanker, akan dilanjutkan dengan pengobatan agar tidak menjadi kanker. Contoh screening: Pap Smear dan mamografi.

Mamografi, Salah Satu Screening Test Untuk Penyakit Kanker

Ada lebih dari 100 jenis kanker, tiap bagian tubuh dapat terserang kanker. Di dunia, kanker paru-paru adalah jenis yang paling banyak menyebabkan kematian pria dan kanker payudara penyebab utama pada wanita. Konsumsi tembakau terkait dengan 22% kematian akibat kanker di seluruh dunia dan seperlima jenis kanker di seluruh dunia disebabkan oleh infeksi kronis, misalnya: infeksi HPV penyebab kanker serviks dan infeksi virus hepatitis B penyebab kanker hati.

3. Hepatitis

Prof. dr. Laurentius A. Lesmana, PhD, SpPD-KGEH, FACP, FACG, pembina Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, mengemukakan jika saat ini Indonesia menempati urutan ketiga jumlah penderita hepatitis B terbanyak di dunia setelah Cina dan India. Penderita Hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan ada 25 juta orang, 50% berkembang menjadi penyakit kronis, dan 10% menjadi kanker hati.

Hepatitis adalah peradangan pada liver akibat infeksi virus. Hepatitis B dan C disebabkan oleh virus yang berbeda, namun keduanya dapat berkembang menjadi kanker hati. Virus hepatitis B menyebar melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya dan masuk ke tubuh orang yang belum terinfeksi. Sedangkan Hepatitis C biasanya menyebar ketika darah dari orang terinfeksi virus memasuki tubuh seseorang yang belum terinfeksi atau bisa juga ditularkan lewat hubungan seksual.

Kebanyakan pengidap Hepatitis B tidak mengalami gejala apa pun. Setelah masa inkubasi, barulah gejala dapat timbul berupa menguningnya kulit dan mata, urin gelap, kelelahan ekstrim, mual, muntah dan nyeri perut. Lain hal dengan Hepatitis B, sekitar 80% penderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala apapun setelah infeksi awal, namun dapat pula menunjukkan gejala mirip Hepatitis B. Penderita Hepatitis B dan C yang tak menunjukkan gejala tetap dapat menularkan virus pada orang lain.

Menurut Dr. dr. Rino Alvani Gani, SpPD, KGEH, FINASIM, deteksi dini hepatitis memainkan peran penting untuk melihat tingkat kerusakan hati dan jumlah virus agar penderita mendapatkan pengobatan yang tepat. Mereka yang sebaiknya menjalani deteksi dini adalah para pekerja kesehatan, keluarga pasien hepatitis, mereka yang punya riwayat narkoba, transfusi darah, tato, tindik, serta wanita hamil. Namun demikian, tidak semua penderita memerlukan terapi. Sebagian cukup menjalani monitoring 6 bulan sekali.

4. Diabetes Mellitus

Merupakan gangguan kesehatan yang mengakibatkan sel-sel tubuh menjadi resisten terhadap rangsangan insulin untuk bereaksi memproses gula darah. Karena tak bisa masuk ke dalam sel untuk diproses menjadi energi, glukosa pun menumpuk dalam darah. Diabetes tipe 1 biasanya terjadi karena masalah autoimun. Sedang diabetes tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup tak sehat.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat diabetes adalah:

  1. Penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.
  2. Kerusakan syaraf. Kadar gula darah berlebih merusak dinding pembuluh darah halus yang ‘memberi makan’ ujung-ujung syaraf, terutama di kaki. Rusaknya syaraf ditandai kesemutan, kebas, atau panas pada ujung jari-jari kaki. Kerusakan pada organ pencernaan bisa menimbulkan mual, diare, atau konstipasi.
  3. Gangguan ginjal karena rusaknya sistem penyaring racun pada ginjal.
  4. Kerusakan mata akibat rusaknya pembuluh darah retina, yang bisa berakibat kebutaan. Diabetes juga bisa meningkatkan risiko terkena katarak dan glukoma.

Gejala diabetes yang sering dialami oleh penderita adalah sering buang air kecil, haus dan lapar berlebihan, kelelahan dan mudah mengantuk, pandangan kabur, luka atau memar yang lama sembuh, kebas atau kesemutan di ujung jari kaki.

Kegemukan dan obesitas merupakan salah satu faktor risiko diabetes. Namun ada juga faktor lain yang cukup berpengaruh seperti usia di atas 45 tahun, riwayat diabetes dalam keluarga, jarang berolahraga, hipertensi, dan hiperkolesterol. Semua hal tersebut bisa dialami oleh mereka yang berat badannya normal. Jadi meski tidak kegemukan, bisa saja Anda berisiko tinggi menderita diabetes jika punya faktor-faktor risiko tersebut.

Tingginya persentase kematian dan mahalnya biaya pengobatan serta perawatan 4 penyakit kritis di atas seharusnya mampu menyadarkan kita untuk lebih aware terhadap kesehatan tubuh. Meski masih muda dan terlihat sehat, jangan mengabaikannya begitu saja. Oleh karena itu, selain menjaga kesehatan tubuh dengan giat berolahraga dan mengatur pola makan bergizi, sebaiknya kita juga mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan terburuk karena masa depan seharusnya tidak berisiko. Perlindungan atau asuransi terutama penyakit kritis adalah solusi menghidari atau paling tidak mengurangi beban finansial karena mahalnya biaya pengobatan penyakit kritis.