Asset Publisher

Asset Publisher

null Waspada Penyakit Difteri, Kenali Penyebab & Gejalanya!
Inspirasi

Pada awal 2023 lalu wabah penyakit difteri kembali muncul dan menyerang warga di berbagai wilayah Jawa Barat. Dilansir dari Kompas.com, penyakit ini mengakibatkan sejumlah warga di Garut dan Sukabumi meninggal dunia. Menurut informasi terakhir dari Detik.com, hingga 22 Februari 2023, terdapat 8 warga Garut yang dilaporkan meninggal dunia akibat wabah difteri, 4 warga dinyatakan sembuh, dan tersisa 10 orang yang masih dalam perawatan.

Kondisi ini membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan status KLB (Kondisi Luar Biasa) difteri. Status ini ditetapkan sebagai pemberitahuan bahwa situasi sudah darurat dan menjadi bagian dari penanganan penyakit difteri agar tidak meluas. Lalu apa sebenarnya penyakit difteri dan langkah pencegahannya?

 

Mengenal penyakit difteri

Dilansir dari Halodoc, difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menyebar melalui batuk, bersin, atau luka terbuka. Gejalanya termasuk sakit tenggorokan dan masalah pernapasan. Penyebab utama penyakit ini adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta memengaruhi kulit. Penyakit ini dapat menyerang orang-orang dari berbagai usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.

Penyakit difteri sebenarnya bisa dicegah melalui pemberian vaksin. Di Indonesia, pemberian vaksin difteri dikombinasikan dengan vaksin pertusis (batuk rejan) dan tetanus, atau disebut juga dengan vaksin DPT.

 

Penyebab dan faktor risiko penyakit difteri

Dilansir dari Alodokter, difteri bisa menular ketika Anda tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita difteri ketika batuk atau bersin. Selain itu, penularan juga bisa terjadi ketika menyentuh benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita seperti gelas atau sendok.

Penyakit ini bisa menyerang berbagai golongan usia, namun risiko terserang difteri akan lebih tinggi pada orang yang tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap. Selain itu, difteri juga lebih berisiko terjadi kepada beberapa orang dengan karakteristik berikut:

  1. Tinggal di area padat penduduk atau buruk kebersihannya
  2. Bepergian ke wilayah yang sedang mengalami wabah difteri
  3. Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya penderita AIDS

 

Gejala penyakit difteri

Menurut situs resmi Ciputra Hospital, gejala difteri terbagi menjadi dua, yaitu difteri pernapasan dan difteri kulit. Umumnya, gejala difteri baru muncul 2-5 hari setelah terinfeksi. Infeksi bakteri difteri juga dapat dilihat dan didiagnosa oleh dokter melalui beberapa gejala yang muncul.

Berikut beberapa gejala yang sering timbul pada jenis difteri pernapasan:

  1. Sakit pada area tenggorokan hingga terjadi peradangan dan pembengkakan kelenjar
  2. Demam dengan suhu tubuh lebih dari 38 derajat celcius
  3. Sulit bernapas dan menelan
  4. Sakit kepala yang cukup menyakitkan
  5. Muncul membran abu-abu atau hijau dibalik leher (pseudomembrane)

Sedangkan gejala umum yang dialami oleh penderita difteri kulit, antara lain:

  1. Kulit melepuh dan bernanah di area kaki dan tangan
  2. Munculnya luka besar yang dikelilingi dengan kulit kemerahan

Biasanya, gejala difteri kulit bisa jadi sama dengan gejala penyakit lainnya sehingga perlu pemeriksaan penyebab lebih lanjut. Jika infeksi semakin melebar dan parah, pastikan Anda segera hubungi dokter untuk penanganan dan pemeriksaan.

 

Komplikasi difteri

Bakteri penyebab difteri dapat menghasilkan racun yang dapat merusak jaringan di hidung dan tenggorokan sehingga dapat menyumbat saluran pernapasan. Racun inilah yang bisa menyebar melalui aliran darah dan menyerang berbagai organ tubuh. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, penyakit ini pun bisa menyebabkan komplikasi. Dilansir dari Siloam Hospital, berikut beberapa komplikasi penyakit difteri.

1. Gangguan pernapasan

Bakteri penyebab difteri dapat menghasilkan racun yang mengakibatkan kerusakan jaringan di hidung, tenggorokan, atau area terinfeksi lain. Pada kondisi ini, infeksi menimbulkan lapisan abu-abu yang terdiri atas sel-sel mati, bakteri, dan zat lainnya yang berpotensi menghambat pernapasan.

2. Kerusakan jantung

Racun difteri juga dapat menyebar melalui aliran darah yang berisiko merusak jaringan lain pada tubuh, salah satunya adalah otot jantung. Kondisi ini memungkinkan penderita difteri mengalami miokarditis atau peradangan pada otot jantung atau miokardium

3. Kerusakan saraf

Selain kerusakan jantung, racun difteri juga berpotensi menyebabkan kerusakan pada saraf yang mengakibatkan penderita mengalami kesulitan menelan. Kelemahan otot juga bisa terjadi karena peradangan pada saraf lengan dan kaki.

 

Pengobatan penyakit difteri

Ketika Anda sudah menemukan salah satu atau beberapa gejala difteri di atas, pastikan untuk tidak panik dan segera hubungi dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Umumnya, dokter akan memastikan jalan napas Anda tidak terhalang atau tersumbat karena penyakit difteri. Dalam beberapa kasus, dokter perlu memasang tabung pernapasan di tenggorokan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka hingga peradangan pada jalan napas berkurang. Setelah itu, dokter akan fokus untuk membasmi bakteri penyebab difteri dengan memberikan perawatan, seperti:

1. Antibiotik

Pemberian antibiotik seperti penisilin atau eritromisin dapat membantu membunuh bakteri dan membersihkan infeksi. Antibiotik juga dapat mencegah penularan dari pengidap difteri ke orang lain.

2. Antitoksin

Pemberian antitoksin diberikan untuk menetralkan racun difteri dalam tubuh melalui suntikan ke pembuluh darah atau otot. Sebelum memberikan antitoksin, dokter perlu melakukan tes alergi kulit untuk memastikan orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Jika memiliki alergi, kemungkinan besar dokter tidak akan memberikan antitoksin dan mencari pengobatan alternatif lain.

Bagi pengidap difteri, dokter akan menyarankan untuk melakukan perawatan di rumah sakit dan disolasi di unit perawatan intensif. Hal ini dikarenakan penyakit difteri dapat menyebar dengan mudah kepada siapa saja yang tidak melakukan vaksinasi penyakit difteri secara lengkap.

 

Pencegahan penyakit difteri

Penyakit difteri dapat dicegah melalui pemberian vaksin DPT. Vaksinasi ini dilakukan secara bertahap sejak masa kanak-kanak yaitu mulai dari usia 2 bulan hingga 6 tahun. Anak-anak yang telah mendapatkan vaksin DPT sebelum usia 7 tahun disarankan untuk melakukan booster vaksin difteri ketika berusia 18 tahun. Selain itu, vaksin difteri juga dianjurkan untuk diberikan kepada Anda yang ingin melakukan perjalanan jauh, terutama pada negara-negara dengan banyaknya kasus difteri.

Pencegahan Penyakit Difteri Dengan Pemberian Vaksin

Bukan hanya untuk anak-anak, vaksin difteri juga perlu diberikan pada semua usia. Ada beberapa vaksin yang dapat diberikan untuk melindungi tubuh dari bakteri difteri, yaitu:

Jenis vaksin Manfaat vaksin Sasaran kelompok usia

DTap

Melindungi dari penyakit difteri, tetanus, dan pertussis (batuk rejan)

2, 4, atau 6 bulan, 15-18 bulan, 4-6 tahun

DT

Melindungi dari penyakit difteri dan tetanus

Remaja usia 11-12 tahun

Tdap

Melindungi dari penyakit tetanus, difteri, dan pertussis

Dewasa dan diberikan setiap 10 tahun sekali

Td

Melindungi dari penyakit tetanus dan difteri

Dewasa dan diberikan setiap 10 tahun sekali


Sebelum melakukan vaksinasi, pastikan Anda melakukan konsultasi dengan dokter sebelum melakukan pemberian vaksin difteri agar dokter dapat membantu memilihkan vaksin yang terbaik.

 

Itulah beberapa hal penting mengenai penyakit difteri yang kasusnya tinggi di provinsi Jawa Barat pada awal tahun 2023. Untuk mencegah terjadinya risiko penyakit sekaligus menekan angka kasus penyakit difteri di Indonesia, pastikan Anda dan seluruh anggota keluarga telah melakukan suntikan vaksin difteri.

Selain memberikan vaksin difteri, Anda juga perlu melengkapi perlindungan kesehatan dengan mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Kesehatan Prima yang dapat melindungi Anda maupun keluarga dari risiko keuangan yang mungkin terjadi akibat penyakit difteri maupun penyakit lainnya. Dengan Asuransi Mandiri Kesehatan Prima, Anda akan mendapatkan manfaat penggantian biaya perawatan kesehatan (reimbursement) atau pembayaran biaya perawatan langsung (cashless) dengan pembayaran premi berkala, dimana premi yang dibayarkan setiap tahun dapat berubah menyesuaikan usia Tertanggung.

Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Kesehatan Prima, silakan langsung kunjungi website AXA Mandiri atau hubungi Financial Advisor AXA Mandiri dengan mengunjungi Kantor Cabang Bank Mandiri atau Bank Syariah Indonesia terdekat atau menghubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.

 

Sumber:

  • https://nasional.kompas.com/read/2023/02/22/09540321/kemenkes-kabupaten-garut-tetapkan-klb-difteri
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/difteri 
  • https://www.detik.com/jabar/berita/d-6596848/update-kasus-difteri-di-jabar-yang-tewaskan-warga-garut-sukabumi
  • https://www.alodokter.com/difteri 
  • https://ciputrahospital.com/penyakit-difteri-penyebab-dan-gejalanya/
  • https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-difteri