Divertikulitis Menyerang Pencernaan, Kenali Gejalanya!
Divertikulitis adalah kondisi yang terjadi ketika divertikula, yaitu kantong-kantong kecil yang terbentuk di dinding usus besar, mengalami peradangan atau infeksi. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang tidak nyaman dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat berujung pada komplikasi serius. Mari pahami secara mendalam tentang divertikulitis, mulai dari gejala, data ilmiah, faktor penyebab, hingga opsi pengobatan dan cara pencegahannya.
Divertikulitis adalah perkembangan lanjutan dari kondisi yang disebut divertikulosis, di mana kantong-kantong kecil atau divertikula terbentuk di sepanjang dinding usus besar, biasanya pada bagian bawah atau sigmoid. Divertikulitis terjadi ketika salah satu atau lebih divertikula tersebut mengalami peradangan atau infeksi. Menurut laman alodokter.com, gejala divertikulitis bisa bervariasi, tetapi umumnya meliputi:
Nyeri yang dirasakan biasanya terpusat di bagian kiri bawah perut. Rasa sakit ini bisa berlangsung terus-menerus dan sering kali memburuk setelah makan atau saat Anda sedang bergerak.
Karena peradangan, tubuh sering merespon dengan demam dan menggigil sebagai tanda bahwa sistem kekebalan sedang berusaha melawan infeksi.
Orang yang mengalami divertikulitis sering mengalami perubahan pola buang air besar, seperti diare atau konstipasi, serta perasaan kembung dan mual.
Kondisi ini juga dapat menyebabkan perubahan frekuensi buang air besar, termasuk rasa tidak tuntas setelah buang air besar atau adanya lendir pada tinja.
Mual dan muntah sering kali terjadi ketika divertikulitis menyebabkan obstruksi parsial pada usus.
Jika gejala-gejala tersebut tidak segera ditangani, divertikulitis dapat berkembang menjadi lebih serius, menyebabkan komplikasi seperti abses, perforasi usus, atau peritonitis, yang memerlukan penanganan medis darurat.
Divertikulitis adalah kondisi yang relatif umum, terutama di negara-negara Barat, di mana diet rendah serat sering menjadi faktor utama. Beberapa data ilmiah yang relevan tentang divertikulitis meliputi:
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Journal of Gastroenterology, sekitar 10% orang yang berusia di atas 40 tahun mengalami divertikulosis, dan angka ini meningkat menjadi 50% pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Di antara mereka yang memiliki divertikulosis, sekitar 10-25% akan mengembangkan divertikulitis.
Penelitian yang diterbitkan dalam Lancet menunjukkan bahwa diet rendah serat adalah salah satu faktor risiko utama untuk divertikulitis. Serat berperan dalam menjaga usus tetap sehat dengan mendorong gerakan usus yang teratur dan mencegah pembentukan divertikula.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Journal of the American Medical Association (JAMA) mengungkapkan bahwa sekitar 15% pasien yang mengalami divertikulitis akut akan mengalami komplikasi, seperti abses, fistula, atau perforasi usus, yang memerlukan intervensi bedah.
Dikutip dari halodoc.com, faktor penyebab pasti dari divertikulitis masih belum sepenuhnya dipahami. Namun beberapa faktor yang diduga berkontribusi adalah sebagai berikut:
Seperti yang telah disebutkan, diet rendah serat adalah salah satu penyebab utama divertikulitis. Kurangnya serat dalam diet menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan. Hal ini kemudian meningkatkan tekanan pada dinding usus dan menyebabkan terbentuknya divertikula.
Studi menunjukkan bahwa orang yang obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami divertikulitis. Obesitas dapat meningkatkan tekanan intra-abdominal yang kemudian mendorong pembentukan divertikula dan risiko peradangannya.
Seiring bertambahnya usia, dinding usus cenderung melemah dan menjadi lebih rentan terhadap pembentukan divertikula.
Penggunaan jangka panjang obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, atau naproxen telah dikaitkan dengan peningkatan risiko divertikulitis. Obat-obatan ini dapat mengiritasi dinding usus dan meningkatkan kemungkinan peradangan.
Gaya hidup yang tidak aktif juga telah dikaitkan dengan risiko divertikulitis. Aktivitas fisik membantu menjaga gerakan usus tetap teratur dan mencegah sembelit, yang merupakan faktor risiko utama untuk pembentukan divertikula.
Dirangkum dari beberapa sumber, berikut pengobatan divertikulitis tergantung pada tingkat keparahan gejala dan apakah ada komplikasi yang terlibat:
Pada kasus divertikulitis ringan hingga sedang, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Antibiotik umum yang digunakan termasuk metronidazol, ciprofloxacin, atau amoxicillin/clavulanate. Penting untuk menyelesaikan seluruh kursus antibiotik yang diresepkan untuk memastikan infeksi benar-benar hilang.
Pada tahap awal pengobatan, dokter mungkin akan merekomendasikan diet rendah serat atau cairan untuk memberikan istirahat pada usus. Setelah gejala mereda, secara bertahap akan diperkenalkan diet tinggi serat untuk mencegah kekambuhan.
Pengobatan nyeri seperti asetaminofen (paracetamol) biasanya digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Namun penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) sebaiknya dihindari karena dapat memperburuk kondisi.
Pada kasus yang lebih parah, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk menerima perawatan intravena, seperti antibiotik dan cairan. Jika terjadi komplikasi seperti abses atau perforasi usus, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian usus yang terinfeksi atau rusak.
Beberapa studi menunjukkan bahwa probiotik dapat membantu dalam pemulihan dan pencegahan divertikulitis, meskipun lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengonfirmasi efektivitasnya.
Mencegah divertikulitis dapat dilakukan dengan melibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan yang sehat. Menurut alomedika.com, di bawah ini ada beberapa tips yang bisa membantu:
Mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, dapat membantu mencegah divertikulitis dengan menjaga gerakan usus tetap teratur dan mencegah sembelit. The Academy of Nutrition and Dietetics merekomendasikan agar orang dewasa mengonsumsi sekitar 25-38 gram serat per hari.
Beberapa makanan, seperti biji-bijian kecil atau makanan yang sulit dicerna, mungkin perlu dihindari jika Anda memiliki divertikulosis untuk mencegah divertikulitis. Namun bukti ilmiah yang mendukung pembatasan makanan ini masih terbatas, dan sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda.
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan usus dan mengurangi risiko divertikulitis. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari.
Dehidrasi dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan yang meningkatkan risiko terbentuknya divertikula. Pastikan Anda minum air yang cukup setiap hari untuk menjaga kesehatan pencernaan.
Hindari penggunaan jangka panjang obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) kecuali jika diresepkan oleh dokter. Jika Anda membutuhkan penghilang rasa sakit, diskusikan alternatif yang lebih aman dengan dokter Anda.
Mengelola kesehatan dengan bijak, termasuk mencegah kondisi seperti divertikulitis, adalah langkah penting dalam menjaga kualitas hidup Anda. Namun, meski Anda telah berupaya menjaga kesehatan dengan baik, risiko penyakit tidak selalu dapat dihindari. Oleh karena itu, penting untuk memiliki perlindungan asuransi kesehatan yang tepat.
Salah satu asuransi yang bisa Anda pilih adalah Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan dari AXA Mandiri. Produk ini memiliki manfaat penggantian biaya harian rawat inap dan bedah, transportasi ke sumah sakit, hingga santunan meninggal dunia. Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan, silakan langsung kunjungi website AXA Mandiri atau menghubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.
Sumber:
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi