Temukan semua berita, inspirasi, newsletter terbaru dari AXA Mandiri
Umumnya, sakit jantung sering terjadi pada orang lansia. Namun saat ini anak muda pun bisa terkena penyakit ini. Bagaimana bisa? Ini dia faktor penyebabnya yang wajib dihindari.
Meskipun kanker payudara memiliki insiden dan tingkat risiko yang tinggi di Indonesia, bukan berarti penyakit itu tidak dapat dicegah.
Kanker ginjal adalah kondisi ketika sel-sel ginjal tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini menduduki peringkat ke-22 dengan 2.349 kasus di Indonesia.
Penyakit Alzheimer menjadi perhatian dunia karena tidak hanya menyerang lansia, tapi juga anak muda. Ini gejala, penyebab, dan cara penanganannya!
Zakat penghasilan wajib dikeluarkan oleh umat muslim yang memiliki penghasilan lebih dari nisab. Berapa nisab dan apa saja syarat wajib zakat ini?
Kanker Payudara, Berisiko Tinggi Namun dapat Dicegah Sejak Dini
Menurut data Kemenkes, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan insiden paling tinggi di Indonesia, yaitu sebesar 16,7 persen. Selain itu, kanker payudara juga memiliki tingkat keganasan paling tinggi dengan tingkat keganasan sebesar 11,65 persen per 100 ribu penduduk di Indonesia. Kemenkes juga mencatat kanker payudara sebagai penyakit non-infeksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Meskipun kanker payudara memiliki insiden dan tingkat risiko yang tinggi di Indonesia, bukan berarti penyakit itu tidak dapat dicegah. Mari kita simak faktor risiko, cara deteksi dini, penangan dan juga cara melindungi diri dari segala risiko kanker payudara.
Hingga saat ini, penyebab kanker payudara pada wanita belum dapat diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini, termasuk memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara, berusia di atas 50 tahun, merokok, konsumsi alkohol, sampai mengalami gangguan hormon. Dilansir dari beberapa sumber, berikut beberapa faktor risiko yang dapat berpeluang mengakibatkan penyakit ini.
Risiko seseorang terserang kanker payudara dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Melansir NHS, penyakit ini paling sering terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun atau yang sudah mengalami menopause. Dalam beberapa kasus 8 dari 10 kanker payudara terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa kondisi ini juga bisa dialami oleh berbagai kalangan usia, termasuk usia di bawah 50 tahun.
Ketika memiliki anggota keluarga dekat yang pernah mengalami kanker payudara atau ovarium, maka risiko Anda terkena penyakit ini semakin tinggi. Namun, mengingat kanker payudara adalah jenis kanker paling umum pada wanita, ada kemungkinan bahwa lebih dari satu anggota keluarga dapat terkena secara kebetulan.
Sebagian besar kasus kanker payudara tidak bersifat turun-temurun, namun terdapat gen seperti BRCA1 dan BRCA2 yang dapat meningkatkan risiko kanker jenis ini. Kemungkinan gen-gen tersebut diwariskan dari orang tua ke anak. Selain itu, gen-gen seperti TP53 dan CHEK2 juga memiliki kaitan dengan peningkatan risiko terkena kanker payudara.
Jika sebelumnya Anda telah mengalami kanker payudara atau perubahan sel kanker awal yang bersifat non-invasif di saluran susu payudara, risiko terkena kanker ini pun tinggi. Meskipun tidak semua benjolan di payudara tanda kanker, beberapa jenis benjolan tersebut dapat sedikit meningkatkan risiko terkena kanker.
Beberapa perubahan jinak dalam jaringan payudara, seperti sel-sel yang tumbuh secara abnormal dalam saluran (hiperplasia duktal atipikal), atau sel-sel abnormal di dalam lobus payudara (karsinoma lobular in situ) dapat membuat kemungkinan terkena kanker payudara lebih tinggi.
Payudara terdiri dari ribuan kelenjar kecil yang menghasilkan susu. Jaringan kelenjar ini memiliki konsentrasi sel payudara yang lebih tinggi daripada jaringan payudara lainnya sehingga payudara menjadi lebih padat. Wanita dengan jaringan payudara padat berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara karena adanya lebih banyak sel yang berpotensi menjadi kanker.
Jaringan payudara padat juga dapat menyulitkan pembacaan hasil mammogram karena benjolan atau area jaringan abnormal lebih sulit terdeteksi. Pada umumnya, payudara wanita muda cenderung lebih padat. Namun, seiring bertambahnya usia, jumlah kelenjar dalam payudara berkurang dan digantikan oleh lemak, sehingga payudara menjadi kurang padat.
Hormon estrogen pada wanita terkadang dapat merangsang dan menyebabkan pertumbuhan sel kanker payudara. Hal ini karena ovarium yang merupakan tempat sel telur Anda disimpan, mulai memproduksi estrogen ketika memasuki masa pubertas untuk mengatur siklus menstruasi. Risiko terkena kanker payudara mungkin sedikit meningkat dengan jumlah estrogen yang tubuh alami.
Misalnya, jika Anda mulai haid pada usia muda dan menopause terjadi lebih lambat dari biasanya, tubuh akan lebih banyak terpapar estrogen selama waktu yang lebih lama. Begitu juga, ketika tidak memiliki anak atau melahirkan anak pada usia lebih tua sedikit meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Hal ini karena kadar estrogen dalam tubuh tidak terganggu oleh kehamilan.
Salah satu faktor risiko kanker payudara yang perlu diwaspadai adalah pola hidup tidak sehat seperti mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung tinggi gula dan garam secara berlebihan, jarang berolahraga, kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, dan sebagainya.
Kebiasaan tidak sehat tersebut bisa jadi pemicu peradangan dan mutasi gen yang pada akhirnya bisa meningkatkan kemungkinan adanya perkembangan kanker payudara.
Terapi penggantian hormon (HRT) dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Semua jenis HRT, kecuali estrogen vagina dapat meningkatkan risiko kanker, namun jika Anda menggunakan HRT kurang dari 1 tahun, tidak ada peningkatan risiko kanker payudara yang terdeteksi.
Namun, jika penggunaan HRT berlangsung lebih dari 1 tahun, risiko Anda terkena kanker payudara akan meningkat dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan HRT sama sekali. Meskipun risiko ini akan berkurang setelah berhenti menggunakan HRT, namun risiko tersebut masih ada selama lebih dari 10 tahun setelah penghentian, jika dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan HRT.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan pil kontrasepsi memiliki sedikit peningkatan risiko terkena kanker payudara. Namun, risiko tersebut dapat menurun setelah berhenti mengonsumsi pil dan risiko kanker payudara Anda kembali normal 10 tahun setelah berhenti.
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara, terutama setelah mengalami menopause. Hal ini terjadi karena jaringan lemak berlebih dalam tubuh dapat menghasilkan estrogen tambahan yang dapat merangsang pertumbuhan sel-sel kanker dalam payudara.
Radiasi adalah energi dalam bentuk gelombang atau partikel yang dapat menyebabkan perubahan pada sel tubuh manusia. Paparan radiasi tertentu, seperti sinar-X dan CT scan dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Ketika tubuh terpapar radiasi, sel-sel dalam jaringan payudara dapat mengalami kerusakan DNA. Jika kerusakan ini tidak diperbaiki dengan benar oleh sistem tubuh, hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi kanker.
Banyak orang keliru mempercayai bahwa hanya benjolan yang menyakitkan yang merupakan tanda kanker payudara. Padahal, terdapat berbagai gejala lain yang harus diwaspadai, termasuk perubahan pada bentuk payudara, tekstur, atau saat payudara dipegang, dan lainnya. Agar tidak salah mengenali ciri-ciri kanker payudara, berikut ini beberapa ciri kanker payudara yang dilansir dari beberapa sumber.
Kanker payudara stadium awal dapat menyebabkan perubahan bentuk atau ukuran payudara yang tidak biasa. Payudara mungkin terasa lebih besar atau lebih kecil dari sebelumnya atau ada perubahan dalam simetri payudara, serta akan terasa lebih kencang dan keras.
Umumnya, kanker payudara dapat menyebabkan pembengkakan atau benjolan pada satu sisi payudara tanpa rasa sakit. Selain itu, kanker payudara juga ditandai dengan perubahan warna pada kulit payudara seperti merah atau keunguan bisa menjadi tanda peradangan atau pembengkakan yang terkait dengan kanker payudara.
Kanker payudara dapat memengaruhi penampilan puting susu. Gejala ini bisa termasuk perubahan warna, tekstur, atau bentuk puting. Puting juga bisa terlihat lebih tertarik ke dalam (retraksi). Kondisi ini terjadi ketika tumor mengubah struktur normal di bawah puting sehingga menariknya ke dalam.
Ada beberapa ciri yang perlu Anda waspadai seperti:
Jika Anda bukan seorang ibu menyusui dan puting susu mengeluarkan cairan, terutama darah atau cairan yang tidak biasa. Jika cairan keluar tanpa diperas atau hanya pada satu sisi payudara, maka Anda perlu waspada. Apalagi jika cairan tersebut keluar secara terus-menerus. Kondisi ini biasanya terjadi jika kanker menyerang bagian di sekitar saluran ASI.
Meskipun nyeri payudara bisa memiliki banyak penyebab, nyeri yang berulang pada salah satu atau kedua payudara dapat menjadi salah satu gejala yang harus diwaspadai. Nyeri pada payudara dapat dideskripsikan sebagai nyeri tumpul atau nyeri yang tajam seperti tertusuk. Nyeri juga dapat menyebar ke area ketiak, terutama jika kanker menyerang nodus limfa (kelenjar getah bening).
Walaupun nyeri payudara sering kali dikaitkan dengan perubahan hormon atau infeksi, namun jika nyeri payudara berlangsung lama atau lebih dari beberapa minggu, maka Anda perlu memeriksakan segera ke dokter.
Gatal atau iritasi pada payudara bisa menjadi tanda awal kanker payudara. Kondisi ini disebabkan oleh perubahan dalam jaringan payudara yang terjadi akibat pertumbuhan sel kanker.
Sel kanker yang berkembang di dalam payudara dapat menyebabkan perubahan dalam tekstur payudara. Payudara yang terasa lebih keras atau kencang dari biasanya dapat menjadi indikasi kanker payudara.
Kemerahan yang muncul pada kulit payudara dan mirip dengan tekstur kulit jeruk dapat menjadi tanda bahwa kanker payudara telah mencapai stadium yang lebih parah, di mana sel-sel kanker telah menyebar ke jaringan sekitarnya.
Tidak menutup kemungkinan juga bahwa kondisi lain telah menyebabkan beberapa perubahan ini. Misalnya saja perubahan tekstur kulit pada payudara yang disebabkan eksim, pembengkakan kelenjar getah bening karena infeksi atau penyakit lain yang tidak terkait. Oleh karena itu, menemui dokter untuk mengevaluasi dan mendiagnosis kondisi tersebut.
Pembengkakan atau pembesaran nodus limfa (kelenjar getah bening) di dekat payudara, ketiak, atau tulang selangka dapat menjadi indikator awal kanker payudara. Kelenjar getah bening berperan sebagai penyaring pada sistem imun tubuh. Ketika kanker menyebar, kelenjar tersebut akan membengkak, terasa kencang atau keras, juga ukurannya tidak kunjung mengecil walaupun tidak ada infeksi yang menyertainya. Pembengkakan kelenjar getah bening dapat muncul sebelum perubahan payudara, sehingga ini bisa menjadi gejala awal yang perlu diwaspadai.
Deteksi dini kanker payudara merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit tersebut menjadi fatal. Menurut data Center for Disease Control (CDC), 99% dari wanita dengan kanker payudara yang terdeteksi lebih awal memiliki peluang hidup yang lebih panjang dibandingkan yang terdeteksi pada stadium akhir, dimana hanya 27% yang memiliki peluang hidup lebih dari 5 tahun setelah diagnosa kanker.
Oleh karena itu, deteksi dini sangatlah penting dilakukan meskipun tidak ada gejala. Melihat tingginya angka pengidap kanker payudara di kalangan wanita, ada baiknya untuk melakukan tindakan deteksi dini secara berkala sebagai berikut:
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri): Pemeriksaan fisik yang dilakukan sendiri dimana konsultasi dengan dokter perlu dilakukan jika menemukan:
2. SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis): Untuk deteksi dini yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan pemeriksaan klinis oleh tenaga ahli melalui:
Jika kanker payudara terdeteksi secara dini melalui metode di atas, langkah berikutnya adalah konsultasi dengan dokter spesialis untuk menentukan jenis pengobatan sebagai berikut:
Jenis penanganan ini memiliki faktor kesuksesan yang berbeda dan disesuaikan dengan tahap stadium kanker ketika terdeteksi. Tentunya semakin dini kanker payudara diketahui, semakin turun tingkat kompleksitas dan biaya penanganan. Untuk itu, deteksi dini, selain dapat meningkatkan peluang kesembuhan, dapat mengurangi biaya pengobatan kanker.
Biaya pengobatan kanker payudara merupakan salah satu yang tertinggi. Data BPJS menyebutkan bahwa kanker menempatkan urutan kedua penyakit dengan pembiayaan terbesar yaitu RP 3,5 triliun. Selain deteksi dini, disarankan juga untuk memiliki perlindungan asuransi yang dapat meliputi pembayaran biaya pengobatan kanker payudara dan biaya lainnya seperti Asuransi Mandiri Proteksi Kanker Dini.
Konsultasikan perencanaan finansial Anda dalam memilih produk asuransi dengan Financial Advisor dan Life Planner AXA Mandiri yang akan membantu Anda memahami manfaat asuransi dan memberikan solusi terbaik sesuai dengan kondisi finansial Anda. Kunjungi situs resmi AXA Mandiri atau hubungi 1500803 untuk informasi lebih lanjut.
Sumber: