Lupus, Penyakit Seribu Wajah yang Tidak Bisa Disembuhkan!
Lupus, penyakit autoimun yang kompleks dan misterius, terus menjadi tantangan bagi dunia medis. Dari ruam kulit yang khas hingga nyeri sendi yang tidak tertahankan, lupus memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, menjadikannya tantangan diagnostik dan terapeutik yang nyata.
Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh, menyebabkan peradangan kronis yang dapat mempengaruhi berbagai organ dan jaringan dalam tubuh. Dengan gejala yang bervariasi dan seringkali tidak spesifik, lupus sering dijuluki sebagai "penyakit seribu wajah".
Penyakit ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga emosional dan sosial penderitanya. Sulit didiagnosis karena gejalanya yang beragam, namun pemahaman yang baik tentang penyakit ini penting untuk penanganan yang tepat.
Lupus adalah jenis penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan sel sehat. Lupus menyebabkan sel-sel tubuh mengalami kerusakan dan peradangan pada berbagai bagian tubuh seperti kulit, persendian,ginjal, jantung, bahkan otak. Normalnya, antibodi melindungi tubuh dari serangan zat asing seperti virus atau bakteri. Namun, pada penderita lupus, antibodi justru menyerang sel sehat sehingga menyebabkan reaksi peradangan.
Lupus sendiri bukanlah penyakit menular sehingga penderitanya tidak bisa menularkan lupus melalui kontak fisik secara langsung atau hal lainnya. Akan tetapi, penyakit ini bisa diturunkan dari keluarga, jadi tetap perlu diwaspadai. Selain itu, penyakit ini pun tidak dapat disembuhkan secara total. Dengan kata lain, penderitanya harus hidup berdampingan dengan lupus seumur hidup.
Secara umum, penyebab lupus adalah kelainan pada sistem imun yang menyerang jaringan atau sel sehat dalam tubuh. Dilansir dari Siloam Hospitals, berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko lupus.
Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko lupus adalah paparan racun seperti merkuri, asap rokok, dan gel natrium silika. Beberapa zat tersebut dapat memicu peradangan dan mendorong terbentuknya autoantibodi yang menyerang sel tubuh sendiri.
Menurut penelitian, wanita lebih rentan mengalami lupus dibandingkan pria karena lebih banyak menghasilkan dan menggunakan hormon estrogen atau disebut juga hormon “immuno-enhancing.” Hormon ini membuat wanita memiliki sistem kekebalan lebih kuat yang bisa menjadi bumerang ketika antibodi berubah menjadi autoantibodi dan menyerang sel tubuh sehingga penyakit autoimun lebih rentan terjadi.
Faktor selanjutnya yang dapat meningkatkan risiko penyakit lupus adalah genetik atau keturunan. Tidak jarang orang-orang yang memiliki riwayat keluarga terkena lupus mendapatkan hasil positif saat tes DNA autoimun.
Lupus adalah penyakit yang terbagi menjadi beberapa tipe berdasarkan gejala dan kondisinya. Hal ini membuat lupus sulit dikenali sejak dini sehingga banyak pengidap yang tidak menyadarinya. Dilansir dari Siloam Hospitals, berikut beberapa jenis penyakit lupus yang perlu diketahui.
SLE merupakan penyakit lupus yang paling umum ditemukan. SLE dapat memengaruhi beberapa organ tubuh termasuk ginjal, jantung, paru-paru, sistem saraf, kulit, dan sendi. Gejala yang dialami oleh penderita SLE antara lain ruam kulit, peradangan pada sendi, pembengkakan di kaki dan sekitar mata, serta rasa lelah yang ekstrim.
Jenis lupus ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami luka atau ruam pada kulit. Di mana sebagian besar merupakan kulit bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, telinga, leher, dan kaki.
Lupus neonatus adalah jenis lupus yang terjadi pada bayi baru lahir dan termasuk jenis lupus yang jarang ditemukan. Lupus jenis ini biasanya terjadi karena ibu memiliki antibodi autoimun (autoantibodi) tertentu yang disalurkan kepada bayi lewat plasenta.
Jenis lupus yang satu ini disebut juga dengan Drug Induced Lupus Erythematosus (DILE) yang disebabkan karena penggunaan obat-obatan dalam jangka lama. Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan berkembangnya DILE antara lain obat hipertensi, obat aritmia, obat antikonvulsan, dan antimikroba. Kondisi ini biasanya akan mereda setelah penghentian obat.
Penyakit lupus dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah. Hal ini dikarenakan gejala-gejala yang ditimbulkan lupus mirip dengan penyakit lain dan bervariasi. Umumnya belum pernah ditemui 2 (dua) orang pasien lupus dengan gejala yang persis sama.
Ada sebagian pasien yang mengeluhkan peradangan pada kulit dan sendinya saja, akan tetapi ada juga yang mengeluhkan gangguan pada organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal, susunan saraf pusat atau perifer. Meski begitu, ada tiga gejala utama yang umum dialami oleh penderita lupus. Dilansir dari Siloam Hospitals, berikut ketiga gejala umum yang sering dialami oleh penderita lupus.
Gejala pertama yang umum dialami penderita lupus adalah rasa nyeri di persendian. Gejala ini lebih sering terjadi pada tangan dan kaki, serta dapat berpindah-pindah dari satu sendi ke sendi lainnya. Nyeri pada persendian hanya bersifat sementara. Dengan kata lain, kondisi ini tidak akan menyebabkan kerusakan atau cacat permanen pada persendian.
Gejala selanjutnya adalah munculnya ruam yang menyebar di pipi dan batang hidung. Penyebaran ruam tersebut memiliki bentuk menyerupai kupu-kupu sehingga dikenal juga dengan istilah ruam kupu-kupu.
Selain di pipi dan batang hidung, ruam pada penderita lupus juga sering terjadi pada tangan dan pergelangan tangan. Ruam akibat lupus dapat membekas dan bersifat permanen serta akan bertambah parah jika terpapar sinar matahari secara langsung.
Penderita lupus mudah merasa lelah meskipun hanya melakukan aktivitas sederhana sehari-hari seperti rutinitas pekerjaan atau urusan rumah tangga. Pada penderita lupus, rasa lelah ini tidak kunjung pulih sekalipun telah beristirahat dengan cukup.
Sebagai salah satu penyakit autoimun, lupus sulit untuk terdiagnosis karena gejalanya yang bervariasi. Tenaga kesehatan biasanya akan menanyakan gejala yang dirasakan dan riwayat kesehatan keluarga. Pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan dalam menegakkan diagnosa lupus antara lain:
Seperti yang dijelaskan di atas, lupus tidak bisa sembuh total sehingga menjadi penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan kematian jika tidak tertangani dengan baik. Peradangan yang terjadi dapat memengaruhi organ pada tubuh vital seperti ginjal, otak, sistem saraf pusat, darah, paru-paru hingga jantung. Pengobatan yang tepat dari dokter dapat mengurangi tingkat keparahan gejala dan mencegah kerusakan organ vital.
Secara umum, penanganan lupus hanya bertujuan untuk mengurangi atau menekan gejala yang muncul. Berikut ini adalah pengobatan lupus yang biasa dilakukan oleh dokter.
Obat antiinflamasi non steroid (OAINS) ditujukan untuk meredakan peradangan yang menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan demam pada penderita lupus.
Obat antimalaria seperti hydroxychloroquine juga dapat membantu mengurangi risiko 'flare' pada penderita lupus.
Obat antiinflamasi kortikosteroid ditujukan untuk melawan peradangan lupus. Kortikosteroid dosis tinggi seperti methylprednisolone sering diresepkan untuk mengendalikan lupus yang lebih parah, yang melibatkan ginjal dan otak.
Imunosupresan atau obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh dapat mengatasi lupus yang parah.
Obat suntikan seperti belimumab juga bisa mengurangi gejala lupus. Beberapa pengobatan lupus yang lain akan diberikan sesuai kondisi penderitanya, termasuk untuk mengatasi anemia, hipertensi, maupun osteoporosis yang terjadi sebagai komplikasi dari lupus.
Opsi penanganan dan pengobatan lupus memang berbeda-beda. Oleh karena itu, Anda perlu menghubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit lupus terutama yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Dilansir dari beberapa sumber, berikut beberapa cara mencegah dan mengurangi risiko penyakit lupus yang bisa Anda terapkan.
Selain mengurangi risiko penyakit lupus yang disebabkan karena faktor lingkungan, Anda juga perlu mempertimbangkan asuransi kesehatan untuk mencegah risiko keuangan akibat dari berbagai gejala penyakit yang mungkin terjadi di kemudian hari, termasuk penyakit lupus.
Salah satu produk asuransi yang bisa Anda pilih adalah Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan dari AXA Mandiri. Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan adalah produk asuransi kesehatan yang memberikan manfaat penggantian biaya harian kamar rawat inap Rumah Sakit, penggantian biaya harian kamar unit perawatan intensif, penggantian biaya pembedahan, santunan meninggal dunia karena Kecelakaan, penggantian biaya transportasi ke Rumah Sakit untuk setiap rawat inap serta manfaat pengembalian premi dengan ketentuan sebagaimana diatur di dalam Polis.
Pembayaran premi dilakukan secara bulanan, kuartalan, semesteran atau tahunan. Produk ini memberikan pertanggungan sampai dengan usia tertanggung mencapai 65 (enam puluh lima) tahun. Masa asuransi untuk produk ini adalah 1 (satu) tahun dan diperpanjang secara otomatis pada saat Ulang Tahun Polis.
Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan, Konsultasikan perencanaan finansial Anda dengan Life Planner AXA Mandiri. Kami akan membantu Anda memahami manfaat asuransi dan memberikan solusi terbaik sesuai dengan kondisi finansial Anda. Kunjungi situs resmi AXA Mandiri atau hubungi 1500803 untuk informasi lebih lanjut.
Sumber: