Aset Penerbit

Aset Penerbit

Dampak Gaya Hidup Konsumtif di Tengah Tingginya Tarif Pajak

Inspirasi

Dalam kondisi ekonomi saat ini, gaya hidup konsumtif semakin menjadi perhatian, terutama ketika masyarakat dihadapkan pada beban pajak yang terus meningkat. Banyak orang tidak menyadari bahwa kebiasaan belanja berlebihan bukan hanya menguras isi dompet, namun juga membuat beban finansial semakin berat akibat tambahan pajak pada barang-barang tertentu.

Semakin tinggi tingkat konsumsi, semakin besar juga pengeluaran untuk pajak yang sebenarnya bisa dihindari. Oleh karena itu, penting untuk mulai mengendalikan gaya hidup konsumtif dan beralih pada pengelolaan pengeluaran yang lebih bijak. Dengan tidak konsumtif, Anda tidak hanya bisa mengurangi tekanan akibat pajak yang tinggi, tetapi juga lebih mampu mengalokasikan dana untuk kebutuhan penting dan masa depan yang lebih stabil.

Gaya hidup konsumtif dan dampaknya terhadap keuangan

Gaya hidup konsumtif adalah pola pengeluaran yang cenderung berlebihan untuk memenuhi keinginan, bukan kebutuhan. Fenomena ini sering terjadi ketika seseorang tidak membatasi pengeluaran sesuai pendapatan yang dimiliki. Gaya hidup ini seringkali dipengaruhi oleh tuntutan pasar, iklan, dan tekanan sosial untuk memiliki barang-barang atau gaya hidup tertentu. Tren ini semakin marak di era digital dengan hadirnya e-commerce, promo besar-besaran, hingga budaya “FOMO” (fear of missing out). 

Gaya hidup konsumtif ini tentu berdampak signifikan terhadap stabilitas keuangan. Apalagi jika barang yang dibeli termasuk dalam kategori yang dikenakan pajak tinggi, sehingga masyarakat justru menghadapi tekanan finansial yang berlipat ganda. Dilansir dari beberapa sumber, berikut dampak gaya hidup konsumtif terhadap keuangan.

1. Pengeluaran tidak terkendali

Pengeluaran yang tidak terkendali seringkali terjadi karena kurangnya kesadaran atau perencanaan yang buruk dalam mengatur keuangan. Anda mungkin tergoda untuk membeli barang mewah atau mengikuti tren konsumsi tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya. Misalnya, membeli gadget terbaru, berlangganan layanan streaming tambahan, atau mengikuti gaya hidup mewah lainnya bisa menambah tagihan bulanan tanpa meningkatkan nilai atau kebahagiaan secara signifikan, melainkan menambah jumlah pajak yang harus dibayarkan.

2. Pengaruh terhadap stres & kesejahteraan mental

Gaya hidup konsumtif juga berdampak negatif pada kesejahteraan mental seseorang. Stres yang disebabkan utang atau ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan dapat mengganggu keseimbangan hidup. Hal ini bisa memengaruhi kualitas tidur, hubungan sosial, dan bahkan kinerja dalam dunia kerja atau bisnis. 

3. Kurangnya dana tabungan & investasi

Gaya hidup konsumtif juga sering menyebabkan minimnya dana yang tersedia untuk ditabung atau diinvestasikan secara bijak. Individu yang terlalu fokus memenuhi keinginan konsumtifnya cenderung mengabaikan pentingnya menabung untuk masa depan atau mengalokasikan dana untuk investasi yang dapat menghasilkan keuntungan yang signifikan. Tanpa adanya dana tabungan dan investasi, Anda akan kesulitan memenuhi rencana masa depan atau jangka panjang, seperti memulai bisnis, biaya pendidikan, hingga persiapan dana pensiun.

4. Anggaran keuangan keluarga

Gaya hidup konsumtif juga dapat berdampak pada keuangan keluarga secara keseluruhan. Jika salah satu atau kedua pasangan dalam keluarga memiliki kebiasaan konsumtif, maka bisa menyebabkan ketegangan dan konflik terkait keuangan. Masalah keuangan dalam keluarga dapat mengganggu hubungan dan memengaruhi kualitas hidup anggota keluarga secara menyeluruh.

5. Tidak mampu hadapi krisis 

Orang yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif seringkali memiliki keterbatasan ketika menghadapi krisis keuangan atau peristiwa tidak terduga lainnya. Ketika terjadi krisis atau situasi darurat, seseorang yang memiliki kebiasaan konsumtif biasanya tidak memiliki dana cadangan yang siap melindungi saat kondisi tersebut terjadi. Hal ini tentu akan membuat seseorang lebih rentan terhadap dampak negatif dari situasi keuangan yang sulit.

6. Kepuasan hidup yang rendah

Gaya hidup konsumtif hanya berfokus pada kebahagiaan sesaat, sehingga secara perlahan rasa tersebut memudar dan muncul keinginan baru untuk mendapat lebih banyak lagi. Akhirnya hal tersebut menjadi siklus yang membuat tingkat kepuasan terhadap sesuatu keadaan merosot tajam

7. Merusak lingkungan

Perilaku konsumtif juga cukup sering diasosiasikan dengan dampak negatifnya pada lingkungan. Hal ini karena membeli barang-barang yang tidak diperlukan akan membuat banyak limbah serta emisi karbon yang membuat lingkungan menjadi tercemar.

Pajak tinggi pada barang konsumtif

Gaya hidup konsumtif tidak hanya menguras keuangan Anda karena harga barang yang terus meningkat, tetapi juga menambah beban melalui tingginya pajak yang dikenakan di Indonesia pada setiap pembelian barang. Singkatnya, semakin banyak Anda berbelanja, semakin besar juga pengeluaran yang harus ditanggung.

Dilansir dari Tax Point, Pemerintah Indonesia melalui arahan Presiden Prabowo Subianto akan memberlakukan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12%. Kebijakan ini merupakan bagian dari implementasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

Namun, penerapan tarif PPN ini akan bersifat selektif dan difokuskan pada barang-barang yang dikategorikan sebagai barang mewah. Artinya, semakin sering seseorang membeli barang-barang tersebut, semakin besar pula pajak yang harus ditanggung.

Menurut Ketua Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun, tarif PPN 12% akan dikenakan pada barang-barang mewah, sementara kebutuhan pokok masyarakat tetap dikenai tarif 11% seperti yang berlaku saat ini. Pemerintah mendefinisikan barang mewah sebagai produk yang memiliki harga tinggi, biasanya tidak dimiliki oleh masyarakat umum dan lebih sering dikonsumsi oleh individu dengan pendapatan tinggi. Contohnya termasuk perhiasan, kendaraan bermotor mewah, produk fashion eksklusif, barang elektronik premium, dan properti dengan nilai tertentu.

Barang mewah yang dikenai tarif PPN 12% akan diatur melalui regulasi lebih lanjut yang mengacu pada kriteria berikut:

  • Harga tinggi: Produk dengan nilai di atas ambang batas tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
  • Sifat konsumsi eksklusif: Barang-barang yang dianggap bukan kebutuhan pokok dan lebih bersifat pelengkap atau status simbol.
  • Ketersediaan terbatas: Produk dengan jumlah terbatas atau produksi eksklusif.
  • Konsumsi tidak esensial: Barang yang tidak memengaruhi kebutuhan dasar masyarakat secara langsung seperti jasa pendidikan atau kesehatan.

Misalnya, kendaraan bermotor dengan harga di atas Rp2 miliar, jam tangan dan perhiasan bernilai tinggi, serta properti di kawasan premium menjadi beberapa contoh yang diperkirakan termasuk dalam kategori barang mewah.

Alasan mengurangi konsumsi berlebihan

Mengurangi gaya hidup konsumtif bukan berarti melarang diri untuk menikmati hidup, tetapi lebih kepada menyeimbangkan antara kebutuhan dan keinginan. Dengan menekan konsumsi barang-barang konsumtif yang terkena pajak tinggi, Anda bisa hidup lebih sederhana dan mendapatkan banyak manfaat seperti:

  • Finansial lebih stabil, di mana Anda bisa memiliki kontrol penuh atas pengeluaran, bisa menabung lebih banyak, dan terbebas dari tekanan utang.
  • Hidup menjadi lebih terarah, karena Anda bisa fokus pada kebutuhan bukan hanya keinginan semata.
  • Terbebas dari tekanan sosial, karena Anda tidak lagi peduli dengan standar orang lain dan menjadi diri sendiri.
  • Mengurangi beban pajak pribadi, karena bisa menekan pengeluaran barang konsumtif yang memiliki pajak tinggi.
  • Lebih mudah mengalokasikan dana untuk kebutuhan penting seperti kesehatan, pendidikan, atau tabungan masa depan.
  • Memiliki investasi lebih besar, karena Anda bisa fokus untuk mengalokasikan dana lebih banyak untuk merencanakan masa depan.
  • Hidup sederhana yang dapat membuat Anda lebih menghargai apa yang dimiliki dan tidak pernah merasa kurang.

Strategi menghindari gaya hidup konsumtif

Gaya hidup konsumtif tidak hanya mempengaruhi keuangan pribadi, tetapi juga memberikan dampak negatif pada lingkungan dan kesejahteraan sosial. Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan agar tidak terjebak gaya hidup konsumtif. Dilansir dari beberapa sumber, berikut beberapa strategi yang bisa Anda lakukan untuk hindari gaya hidup konsumtif.

1. Evaluasi kebiasaan belanja dan pengeluaran rutin

Cobalah buat daftar pengeluaran selama ini dan lakukan analisis. Cek manakah pengeluarannya bisa dikurangi agar pengeluaran tidak membengkak. Setelah itu, tentukanlah mana saja yang pengeluaran prioritas atau wajib, dan manakah yang hanya sekadar keinginan sesaat.

2. Buat daftar belanja terperinci

Kebocoran anggaran tidak hanya terjadi karena belanja barang-barang mewah atau fashion, tetapi juga bisa muncul saat melakukan belanja bulanan. Hal ini biasanya sering terjadi ketika seseorang tergoda dengan diskon atau promo menarik, atau melihat barang-barang lucu yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Untuk menghindarinya, cobalah buat daftar belanja yang detail berisi kebutuhan sehari-hari, dan patuhilah daftar tersebut dengan disiplin. 

Cobalah juga untuk lebih aware dan melakukan kontrol dalam menahan berbagai keinginan belanja di luar daftar, terutama berbelanja karena sekadar impulsif. Dengan begitu, Anda bisa lebih bijak dalam mengelola pengeluaran dan menjaga stabilitas keuangan. Anda dapat mempertimbangkan secara rinci mengenai urgensi dan kepuasan yang akan diterima setelah barang tersebut dibeli.

3. Hindari kartu kredit untuk berbelanja

Batasilah untuk menggunakan kartu kredit secara maksimal agar pengeluaran lebih terkontrol. Dengan membayar tunai atau menggunakan kartu debit, uang yang Anda habiskan adalah uang yang “sebenarnya” dimiliki, bukan utang. Pastikan juga untuk mencatat pengeluaran yang dilakukan agar Anda lebih berhati-hati dengan pengeluaran di hari berikutnya, terlebih jika pengeluaran sebelumnya lumayan tinggi.

4. Temukan hobi yang lebih murah

Bagi beberapa orang, berbelanja merupakan sebuah hobi. Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah asalkan masih berada dalam jangkauan finansial Anda. Namun jika sudah ditahap “memaksakan” hobi, maka sebaiknya carilah alternatif lain. Sebab, masih banyak kegiatan atau hobi lain yang mampu memberikan rasa bahagia lebih lama dengab biayanya terjangkau.

5. Berhenti membanding-bandingkan

Sebagai manusia, seringkali kita membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. terus menerus terjadi, maka Anda tidak akan pernah bisa merasa puas mengukurnya dan hanya akan membuat Anda merasa tidak percaya diri. Oleh karena itu, cobalah miliki tujuan sendiri dan jangan khawatir tentang apa yang dilakukan orang lain. 

6. Ubah fast purchasing ke slow purchasing

Biasanya seseorang akan kehilangan kendali atas kebiasaan konsumsi karena mengambil keputusan yang cepat dan impulsif. Kita seringkali secara reflek mengiyakan hal-hal yang belum sepenuhnya kita pikirkan hanya karena terbawa emosi atau suasana. Salah satu cara untuk memastikan bahwa pikiran Anda tetap terkendali adalah dengan memperlambat pengambilan keputusan pembelian. Cara paling sederhana untuk melakukannya adalah dengan menuliskan daftar hal-hal yang diperlukan, kemudian luangkan waktu untuk meneliti pilihan terbaik. 

7. Pilih barang berkualitas dengan umur panjang

Banyak orang yang ingin berhemat dengan membeli barang dengan harga murah tanpa mempertimbangkan kualitasnya. Padahal jika dipikirkan dalam jangka panjang, nilai barang tersebut jadi tidak sesuai harapan. Agar bisa berhemat dengan semestinya, Anda bisa coba membeli barang yang berkualitas baik dan tahan lama, meski harganya sedikit lebih mahal. Jika ada barang yang rusak di rumah pun, Anda bisa coba memperbaikinya sendiri untuk mengurangi pembelian barang konsumtif. Bukan hanya bermanfaat bagi keuangan Anda, namun juga bagi lingkungan.

Dampak positif tidak berperilaku konsumtif di tengah pajak yang tinggi

Dengan hidup berhemat dan sederhana, Anda tidak hanya terbebas dari tekanan pajak yang tinggi, tetapi juga bisa membangun kondisi finansial yang lebih sehat. Pola ini juga mendukung terciptanya kebiasaan konsumsi yang berkelanjutan, serta membantu perekonomian rumah tangga lebih stabil meski kondisi ekonomi dan kebijakan pajak berubah-ubah.

Di mana, semakin sedikit barang konsumtif yang Anda beli, maka semakin kecil juga pajak yang harus Anda setorkan. Hal ini tentunya akan membuat keuangan Anda lebih terkendali dan stabil. Anda pun bisa mengalihkan uang yang tadinya untuk memenuhi gaya hidup konsumtif ke investasi masa depan. Dengan begitu, Anda pun jadi lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi, terutama ketika pajak naik atau harga melonjak karena inflasi.

Namun, kesiapan finansial tidak cukup hanya dengan mengatur pola konsumsi. Diperlukan juga perlindungan jangka panjang seperti asuransi jiwa yang dapat menjaga kestabilan keuangan keluarga ketika risiko tak terduga terjadi. Asuransi jiwa berfungsi sebagai proteksi finansial untuk memastikan kebutuhan keluarga tetap terpenuhi saat terjadi risiko kemarin dan kondisi ekonomi berfluktuasi.

Bagi Anda yang ingin mendaftarkan diri ke dalam asuransi sebagai salah satu perencanaan warisan, Anda bisa memilih produk Asuransi Mandiri Flexi Proteksi dari AXA Mandiri. Produk ini merupakan produk asuransi jiwa berjangka yang memberikan Manfaat Asuransi sesuai dengan pilihan Plan yang dipilih. Manfaat Asuransi yang tersedia diantaranya adalah Manfaat Meninggal Dunia, Manfaat Kondisi Kritis, Manfaat Rawat Inap serta Manfaat Akhir Masa Asuransi dengan pilihan Masa Pembayaran Premi yang lebih singkat daripada Masa Asuransi.

Konsultasikan perencanaan finansial Anda dalam perencanaan warisan dan memilih produk asuransi dengan Life Planner AXA Mandiri yang akan membantu Anda memahami manfaat asuransi dan memberikan solusi terbaik sesuai dengan kondisi finansial Anda. Kunjungi situs resmi AXA Mandiri atau hubungi 1500803 untuk informasi lebih lanjut. 

Sumber:

  • https://www.idscore.id/articles/risiko-gaya-hidup-konsumtif-yang-perlu-kamu-hindari
  • https://blog.qazwa.id/financial/6-cara-mengatasi-gaya-hidup-konsumtif-bijak-mengelola-uang/
  • https://taxpoint.id/detail-article?slug=ppn-12-fokus-pada-barang-mewah-ini-daftar-lengkapnya
  • https://www.tempo.co/gaya-hidup/5-cara-mengurangi-gaya-hidup-konsumtif-88421
  • https://depositobpr.id/blog/gaya-hidup-konsumtif-ciri-ciri-dan-4-cara-mengatasinya
  • https://www.shafiq.id/berita/606/lawan-gaya-hidup-konsumtif-5-alasan-hidup-sederhana-itu-powerful/baca