Sindrom Stevens-Johnson (SJS), Kondisi Langka yang Jadi Sorotan
Baru-baru ini, perhatian masyarakat Indonesia tertuju pada kondisi kulit mantan Presiden Bapak Joko Widodo setelah kunjungannya ke Vatikan. Penampilan bercak-bercak merah dan perubahan warna di wajahnya memicu spekulasi bahwa beliau mungkin mengalami Sindrom Stevens–Johnson (SJS), sebuah gangguan kulit dan selaput lendir yang sangat langka namun serius. Biasanya, kondisi penyakit SJS ini dipicu oleh reaksi ekstrem terhadap obat atau infeksi, dan dapat berkembang pesat menjadi keadaan darurat medis yang mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
Meski demikian, spekulasi tersebut langsung dibantah oleh Komisaris Polisi Syarif Fitriansyah, sebagai ajudan Bapak Jokowi. Ia menegaskan bahwa apa yang dialami Jokowi bukan SJS, melainkan sekadar alergi kulit ringan yang dipicu oleh perubahan cuaca pasca-perjalanan ke luar negeri, dan kondisinya kini sudah semakin membaik. Namun, apa sebenarnya Sindrom Stevens-Johnson (SJS) dan mengapa dalam kasus Jokowi spekulasi SJS akhirnya dianggap tidak berdasar?
Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis (SJS/TEN) adalah kondisi medis yang sangat serius dan langka yang dicirikan oleh reaksi alergi atau autoimun yang merusak kulit, selaput lendir, dan kadang-kadang organ dalam tubuh.
Selaput lendir pada umumnya terdapat pada bagian dalam dari saluran pernapasan, pencernaan, saluran reproduksi, dan organ lainnya. Awalnya, sindrom ini pertama kali ditemukan pada 1922 sebagai penyakit yang bisa menyerang siapa saja serta termasuk kondisi yang cukup serius. Sindrom Stevens-Johnson terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tubuh terhadap obat atau infeksi. Penyakit ini merupakan kondisi gawat darurat yang harus mendapatkan penanganan dan rawat inap di rumah sakit. Kondisi ini dapat disembuhkan dengan menyembuhkan penyebab dasar atau segera menghentikan konsumsi obat-obatan yang berpotensi menyebabkan Sindrom Steven-Johnson untuk mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
Selain itu, kondisi kulit bisa benar-benar sembuh kurang lebih berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, tergantung dari tingkat keparahan, namun seringkali membutuhkan perawatan medis darurat karena dapat mengancam nyawa.
Penyebab utama SJS adalah reaksi tubuh terhadap faktor pemicu tertentu. Salah satu penyebab paling umum SJS adalah reaksi obat. Pada orang dewasa, kondisi ini bisa disebabkan oleh alergi obat berikut:
Sedangkan pada anak-anak, sindrom ini lebih sering dipicu oleh infeksi virus, maupun alergi obat. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti:
Selain itu, ada beberapa kondisi lain yang bisa menyebabkan Sindrom Stevens-Johnson (SJS) seperti:
Perlu diketahui juga bahwa SJS dapat menyerang siapa saja, namun lebih banyak dialami oleh wanita dan juga seseorang berusia lanjut. Ada beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan risiko terkena SJS, di antaranya:
Penderita SJS tidak serta merta langsung mengalami pengelupasan kulit ketika meminum obat tertentu. Gejala awal yang muncul pada Stevens-Johnson Syndrome menyerupai gejala flu, yaitu:
Saat gejala memburuk, tanda dan gejala di kulit mulai muncul beriringan dengan gejala di atas adalah sebagai berikut:
Pengobatan Stevens-Johnson Syndrome perlu dilakukan di rumah sakit hingga luka bakar dan melepuh yang timbul di kulit perlahan menghilang. Berdasarkan tingkat keparahannya, pengobatan bisa berbeda-beda di setiap kondisi. Umumnya, dokter akan memberikan antibiotik untuk pengobatan SJS.
Selain itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani Stevens-Johnson Syndrome, dilansir dari beberapa sumber.
Langkah pertama dalam pengobatan Stevens-Johnson Syndrome adalah menghentikan penggunaan obat-obatan yang dicurigai menjadi pemicu SJS. Dokter akan meninjau riwayat penggunaan obat pasien dan menghentikan obat-obatan yang dicurigai. Dalam beberapa kasus, alternatif pengobatan yang aman mungkin diberikan untuk menggantikan obat yang telah dihentikan.
Pasien Stevens-Johnson Syndrome sering mengalami dehidrasi dan kehilangan cairan tubuh karena luka-luka kulit yang parah. Pemberian cairan tambahan dan nutrisi bisa membantu perawatan sekaligus mencegah komplikasi. Oleh karena itu, pemberian cairan tambahan dan nutrisi melalui infus intravena atau tabung nasogastrik sangat penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan nutrisi yang optimal.
Luka kulit yang timbul akibat SJS juga membutuhkan perawatan yang cermat dan terarah. Dokter akan merawat luka dengan melakukan kompres air dingin dan basah untuk membantu meredakan rasa sakit dan mengurangi peradangan, serta melakukan pengangkatan kulit mati yang terkelupas untuk mencegah infeksi. Biasanya dokter akan memberikan cream yang harus dioleskan ke bagian tubuh yang melepuh. Butuh waktu sekitar 2 hingga 3 minggu agar Anda bisa pulih dari SJS. Namun jika terjadi infeksi, Anda mungkin akan membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama.
Jika mata terpengaruh oleh SJS, maka Anda perlu membutuhkan perawatan khusus oleh dokter spesialis mata. Ini dapat mencakup penggunaan tetes mata yang mengandung steroid untuk mengurangi peradangan dan obat-obatan lain untuk memelihara kelembaban mata serta mencegah kerusakan lebih lanjut.
Selain perawatan di rumah sakit, penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat membantu mengatasi SJS. Obat pereda nyeri seperti analgesik dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada luka kulit. Antibiotik dapat diberikan untuk mengontrol infeksi yang dapat terjadi pada luka-luka kulit. Selain itu, penggunaan kortikosteroid oral atau globulin imun melalui infus intravena untuk mengurangi peradangan dan memodulasi respons kekebalan tubuh.
Perlu diketahui bahwa SJS membutuhkan pengobatan dan perawatan intensif di rumah sakit, serta dukungan medis yang terus-menerus agar bisa pulih sepenuhnya. Namun, penting untuk diingat bahwa penanganan kondisi ini harus dilakukan oleh tim medis yang terlatih dan berpengalaman, karena SJS merupakan kondisi serius yang butuh perhatian khusus.
Tanpa penanganan medis yang tepat dan cepat, SJS bisa menyebabkan komplikasi penyakit yang lebih parah. Dilansir dari beberapa sumber, berikut komplikasi penyakit yang mungkin terjadi pada pasien SJS:
Menghadapi Sindrom Stevens-Johnson tidak hanya membutuhkan penanganan medis cepat dan tepat, namun juga kesiapan finansial yang memadai. Proses perawatan yang intensif, rawat inap jangka panjang, hingga rehabilitasi kulit dan organ yang terdampak bisa menghabiskan biaya yang sangat besar. Di sinilah peran asuransi kesehatan menjadi krusial untuk memberikan perlindungan dari beban biaya tidak terduga, sehingga pasien dan keluarga bisa fokus pada pemulihan.
Memiliki asuransi kesehatan yang komprehensif bukan hanya soal antisipasi risiko penyakit umum, tetapi juga sebagai langkah bijak untuk menghadapi kondisi langka seperti SJS yang dampaknya bisa mengubah hidup dalam sekejap. Salah satu produk asuransi kesehatan yang bisa Anda pilih adalah Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan.
Asuransi kesehatan dari AXA mandiri satu ini adalah produk asuransi kesehatan yang memberikan manfaat penggantian biaya harian kamar rawat inap Rumah Sakit, penggantian biaya harian kamar unit perawatan intensif, penggantian biaya pembedahan, santunan meninggal dunia karena Kecelakaan, penggantian biaya transportasi ke Rumah Sakit untuk setiap rawat inap serta manfaat pengembalian premi dengan ketentuan sebagaimana diatur di dalam Polis. Pembayaran premi dilakukan secara bulanan, kuartalan, semesteran atau tahunan.
Dengan mendaftar ke dalam Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan, Anda dan keluarga akan mendapatkan perlindungan hingga usia mencapai 65 (enam puluh lima) tahun dan dengan masa asuransi 1 (satu) tahun yang nantinya dapat diperpanjang secara otomatis pada saat Ulang Tahun Polis.
Konsultasikan perencanaan finansial Anda dalam memilih produk asuransi dengan Life Planner dan Financial Advisor AXA Mandiri yang akan membantu Anda memahami manfaat asuransi dan memberikan solusi terbaik sesuai dengan kondisi finansial Anda. Kunjungi situs resmi AXA Mandiri atau hubungi 1500803 untuk informasi lebih lanjut.
Sumber: