Pahami Efek Kemoterapi & Cara Mengatasinya dengan Tepat
Kemoterapi menjadi salah satu pengobatan kanker yang dirancang untuk membunuh sel kanker yang membelah dengan cepat. Dalam prosesnya, dokter akan menggunakan obat-obatan khusus untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Namun meski terbukti ampuh membunuh sel kanker, menghentikan penyebaran, dan mengurangi gejala kanker, efek kemoterapi juga bisa saja merusak sel sehat yang berada di sekitarnya. Sel sehat yang ikut rusak inilah yang dapat memicu timbulnya ragam efek samping pada tubuh.
Sebelum membahas mengenai efek kemoterapi, Anda perlu mengetahui prosedur kemoterapi yang akan dijalani penderita kanker. Dengan memahami prosedur kemoterapi inilah Anda bisa mempersiapkan dengan baik apa saja efek kemoterapi yang mungkin terjadi nantinya.
Jaringan tubuh terdiri dari milyaran sel, di mana sel-sel tersebut terus tumbuh dan berkembang. Proses ini akan terus berjalan ketika terdapat sel yang membutuhkan perbaikan. Umumnya, sel-sel dalam tubuh akan terus tumbuh dan mati dengan cara terkendali. Namun, pada penderita kanker, sel kanker tumbuh tanpa kendali sehingga dibutuhkan kemoterapi untuk menghentikan penyebaran atau memperlambat pertumbuhan sel kanker tersebut.
Dilansir dari Eka Hospitals, kemoterapi (kemo) merupakan kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kanker. Setiap jenis obat kemo yang digunakan memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengatasi sel-sel kanker. Ada obat yang berfungsi untuk menghambat sel untuk membelah diri dan ada juga yang bertugas untuk mematikannya.
Proses kemoterapi sendiri dilakukan dengan berbagai cara. Dokter bisa memasukkan obat-obatan tersebut menggunakan jarum infus yang langsung dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Ada juga pasien yang juga diminta untuk mengonsumsi obat berbentuk pil, kapsul, dan sirup.
Prosedur kemoterapi dapat membunuh dan menghentikan sel kanker dengan cepat. Sayangnya, penggunaan obat kemoterapi dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh sehingga menyebabkan kerusakan pada sel sehat dan normal yang menjadi efek kemoterapi. Berikut beberapa efek kemoterapi yang sering dialami oleh pengidap kanker yang dilansir dari beberapa sumber.
Kemoterapi juga dapat menurunkan imunitas tubuh. Pasalnya, pengobatan ini bisa menurunkan produksi sel darah putih yang berperan penting dalam melawan infeksi dan mencegah berbagai macam penyakit.
Penderita kanker yang menjalani kemoterapi lebih rentan mengalami infeksi. Hal ini karena obat kemoterapi yang digunakan dapat menurunkan jumlah sel darah putih dalam tubuh yang berfungsi melawan tubuh dari bakteri atau virus yang memicu infeksi.
Untuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi karena efek kemoterapi, Anda bisa rutin mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun dan mengonsumsi berbagai makanan sehat dengan tingkat kematangan optimal. Pastikan juga untuk menghindari kerumunan dan berdekatan dengan orang yang sedang sakit.
Kelelahan juga menjadi salah satu efek kemoterapi yang paling sering dirasakan penderita kanker. Efek lelah ini terjadi karena obat yang digunakan untuk kemoterapi dapat merusak sel pada sumsum tulang belakang yang merupakan tempat sel darah merah diproduksi.
Efeknya, produksi sel darah merah dapat menurun dan organ tubuh tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup sehingga memicu munculnya rasa lelah. Untuk mengurangi rasa kelelahan sebagai efek kemoterapi, Anda bisa memperbanyak waktu istirahat dan menghindari berbagai aktivitas yang berat. Anda juga bisa melakukan berbagai kegiatan ringan seperti berjalan di dalam rumah, melakukan yoga, atau meditasi.
Kemoterapi juga berisiko merusak sel-sel sehat di dalam mulut dan tenggorokan yang dapat menyebabkan area mulut dan tenggorokan mengalami luka. Luka ini disebut dengan mukositis dan ditandai dengan beragam gejala seperti nyeri pada mulut, sariawan, infeksi, hingga perdarahan.
Mukositis tanpa disertai infeksi biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2−4 minggu. Jika Anda mengalami efek ini, pastikan untuk hindari makanan yang pedas atau asam. Pastikan Anda mengonsumsi makanan yang lembut dan tidak terlalu panas.
Efek kemoterapi lainnya yang bisa dialami oleh pengidap kanker adalah mual dan muntah. Keluhan ini dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah kemoterapi selesai dilakukan. Salah satu pemicunya adalah adanya sinyal dari area otak yang bereaksi terhadap bahan kimia pada obat kemoterapi sehingga memicu terjadinya mual dan muntah. Tingkat keparahan mual dan muntahnya pun berbeda pada setiap pasien, tergantung dosis obat yang diberikan.
Untuk mengatasi efek ini, Anda bisa mengonsumsi makanan dalam jumlah yang kecil tetapi dengan frekuensi yang lebih banyak. Anda juga bisa mengonsumsi berbagai jenis jus buah agar kebutuhan vitamin dan nutrisi tetap terpenuhi.
Mual dan muntah yang terjadi sebagai bentuk efek samping kemoterapi juga bisa mengakibatkan penurunan nafsu makan. Beberapa obat kemoterapi yang digunakan biasanya juga dapat menimbulkan perubahan pada produksi air liur hingga menyebabkan mulut kering sehingga membuat orang yang melakukan prosedur kemoterapi bisa kehilangan nafsu makan.
Meskipun tidak dialami oleh setiap orang, kerontokan rambut menjadi salah satu efek kemoterapi yang sering terjadi. Biasanya kerontokan rambut akan dialami beberapa minggu setelah kemoterapi. Bukan hanya rambut pada bagian kepala, kemoterapi juga bisa menyebabkan kerontokan rambut pada bagian tubuh lainnya seperti kaki, alis, ketiak, kemaluan, area tangan, hingga wajah.
Untuk mencegah efek kemoterapi ini, hindari untuk terlalu sering menyisir rambut dan pastikan rambut tetap bersih. Anda juga bisa memotong rambut menjadi lebih pendek agar kerontokan bisa berkurang.
Obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi juga dapat menyebabkan jumlah sel darah menurun sehingga dapat menyebabkan anemia. Untuk mengatasi efek kemoterapi ini, Anda dapat mengonsumsi berbagai makanan sehat yang mengandung zat besi seperti daging, sayuran hijau, hingga kacang-kacangan.
Kondisi ini dapat terjadi karena obat kemoterapi dapat merusak sel-sel sehat yang melapisi usus. Selain diare, keluhan lain yang mungkin muncul sebagai efek kemoterapi adalah sembelit dan perut kembung. Untuk mengurangi ketidaknyaman ini, Anda disarankan untuk mengonsumsi air putih yang cukup setiap harinya agar terhindar dari dehidrasi.
Beberapa jenis obat kemoterapi juga dapat memberikan efek samping pada saraf sensorik atau saraf motorik yang menyebabkan kesemutan atau membuat bagian tubuh menjadi mati rasa. Efek kemoterapi ini juga dapat mengakibatkan sensasi terbakar, nyeri seperti tertusuk yang biasanya terjadi di tangan dan kaki, dan mudah memar.
Selain beberapa keluhan di atas, efek kemoterapi lain yang dapat muncul adalah penurunan berat badan, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, gangguan konsentrasi, perubahan mood, hingga masalah pada sistem reproduksi. Kondisi tersebut biasanya akan hilang setelah tindakan kemoterapi selesai.
Namun, ada juga efek kemoterapi yang baru muncul setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kemoterapi berakhir. Efek samping yang datang terlambat pun bisa beragam, mulai dari kerusakan jaringan paru-paru, gangguan jantung, infertilitas, gangguan ginjal, kerusakan saraf, hingga risiko untuk terkena kanker kembali.
Ada beberapa cara untuk mengatasi efek kemoterapi yang bisa Anda lakukan seperti berolahraga dan memperhatikan nutrisi yang baik bagi penderita kanker. Dengan menerapkan pola hidup sehat inilah Anda dapat mengurangi gejala yang ditimbulkan akibat efek samping kemoterapi.
Ketika tubuh bergerak lebih aktif atau berolahraga, maka dapat membuat Anda lebih segar dan tidak lelah. Pola hidup sehat yang baik dan dibarengi dengan mengonsumsi makanan sehat dan seimbang juga dapat melawan radikal bebas dalam tubuh.
Selain itu, efek kemoterapi yang menyerang kesehatan mulut dan tenggorokan juga dapat Anda atasi dengan rutin menggosok gigi atau berkumur dengan air garam. Hal ini mampu mencegah terjadinya gigi berlubang atau gusi yang mudah berdarah. Sejumlah efek samping dari kemoterapi di atas dapat diatasi jika Anda konsisten dalam menerapkan pola hidup sehat.
Perlu diketahui juga bahwa efek kemoterapi tidak hanya berdampak bagi kesehatan, melainkan juga dapat berdampak pada kondisi keuangan. Apalagi kemoterapi ini tidak cukup hanya dilakukan 1-2 kali. Oleh karena itu dibutuhkan juga asuransi yang dapat memberikan manfaat tunai untuk mencegah risiko keuangan di masa depan karena menjalani proses kemoterapi akibat kanker.
Anda bisa mempertimbangkan untuk memiliki asuransi penyakit kritis, khususnya yang memberikan manfaat penggantian biaya pengobatan akibat berbagai penyakit kanker seperti Asuransi Mandiri Proteksi Kanker Dini. Mulai dari Rp1.500.000 per tahun Anda sudah bisa mendapatkan perlindungan dari 30 jenis penyakit kanker seperti kanker serviks, kanker lambung, kanker kulit, kanker ovarium, kanker prostat, dan masih banyak lagi.
Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Proteksi Kanker Dini, silakan langsung kunjungi website AXA Mandiri atau hubungi Financial Advisor AXA Mandiri dengan mengunjungi Kantor Cabang Bank Mandiri atau Bank Syariah Indonesia terdekat atau menghubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.
Sumber
Laman ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Informasi lebih lanjut perihal informasi yang dikumpulkan dan digunakan silakan lihat Kebijakan Cookie dan Kebijakan Privasi