Aset Penerbit

Aset Penerbit

Paru-Paru Basah, Penyakit Berbahaya yang Menyerang Segala Usia

Inspirasi

Paru-paru basah tentu sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Istilah ini banyak digunakan oleh kalangan awam untuk menggambarkan kondisi penumpukan cairan di organ paru namun di dunia medis, kondisi ini lebih dikenal dengan istilah pneumonia.

Pneumonia sendiri merupakan kondisi di mana organ paru-paru mengalami peradangan yang disebabkan karena penumpukan cairan di kantong udara (alveoli). Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur, dan dapat menyebabkan gejala seperti demam, batuk, sesak napas, dan nyeri dada.

 

Mengenal paru-paru basah atau pneumonia

Laporan United Nations Children's Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa pneumonia menjadi penyakit menular yang menyumbang kematian terbesar terhadap anak bawah lima tahun (balita) di dunia pada 2021. Selain itu, menurut WHO, pneumonia adalah penyebab kematian utama pada anak-anak di seluruh dunia. Sekitar 1,4 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap tahun akibat pneumonia.

Dilansir dari Siloam Hospitals, pneumonia atau paru-paru basah adalah peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi sehingga berisiko menyebabkan terbentuknya cairan nanah yang memenuhi kantong udara paru-paru (alveolus). Paru-paru basah merupakan kondisi yang perlu diwaspadai karena dapat membuat tubuh tidak bisa memperoleh oksigen yang cukup. Karena itu, penting bagi setiap individu untuk menjaga kesehatan paru-paru sebaik mungkin untuk menghindari risiko terjadinya paru-paru basah.

 

Penyebab paru-paru basah

Pneumonia bisa menyebabkan masalah kesehatan yang ringan tapi bisa juga berkembang menjadi penyakit yang lebih serius. Pada bayi, anak kecil, dan lansia berumur 60 tahun ke atas, pneumonia bisa mengancam jiwa sehingga penting untuk mendapat penanganan medis sesegera mungkin. Dilansir dari Siloam Hospitals, berikut ini adalah beberapa kebiasaan yang sering menjadi penyebab paru-paru basah.

1. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok dapat merusak jaringan paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia.  Pola hidup tidak sehat ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan alveolus yang membuat organ paru-paru kesulitan membersihkan cairan yang menumpuk pada organ vital tersebut.

2. Penyalahgunaan NAPZA dan minuman beralkohol

Penyalahgunaan NAPZA dan minuman beralkohol dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa meningkatkan risiko seseorang terserang infeksi, termasuk pneumonia atau paru-paru basah. Selain itu, kebiasaan buruk ini juga dapat membuat seseorang tersedak makanan, minuman, air liur, atau muntahan saat sedang tidak sadarkan diri akibat overdosis, sehingga berisiko menyebabkan paru-paru meradang.

3. Jarang olahraga dan mengonsumsi makanan berlemak

Kebiasaan ini diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas yang berpotensi memicu terjadinya paru-paru basah. Menurut BMC Medicine, terdapat beberapa kondisi yang sering  menyebabkan penderita obesitas lebih berisiko mengalami pneumonia:

  • Pertama, obesitas sering disertai dengan penyakit penyerta salah satunya refluks asam lambung. Kondisi ini dapat membuat cairan asam dari lambung naik ke kerongkongan dan berpotensi masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga bisa memicu peradangan pada paru-paru.
  • Kedua, obesitas juga sering dikaitkan dengan diabetes dan asma yang juga menjadi faktor risiko pneumonia. Penelitian terbaru juga menemukan bahwa obesitas dapat menurunkan kadar vitamin D dalam serum yang dapat meningkatkan risiko pneumonia.
  • Yang terakhir, obesitas yang berkaitan dengan kelainan fungsi hormon leptin diduga dapat memengaruhi respons sistem imun tubuh terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan. 

4. Tidak menggunakan masker

Tidak menggunakan masker saat beraktivitas di lingkungan berpolusi juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terpapar zat-zat asing seperti patogen, debu, bahan kimia berbahaya, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut sering menyebabkan infeksi dan peradangan pada jaringan paru-paru yang memicu terjadinya paru-paru basah.

5. Sering melewatkan jadwal vaksinasi

Melewatkan jadwal vaksinasi juga meningkatkan risiko terjadinya paru-paru basah. Beberapa jenis vaksinasi yang direkomendasikan untuk mengurangi risiko terjadinya pneumonia seperti vaksin influenza, vaksin pneumonia, vaksin haemophilus influenzae tipe B (Hib), vaksin pertussis, serta vaksin MMR atau vaksinasi campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella.

Tidak hanya menyerang orang dewasa, paru-paru basah juga sangat berisiko bagi anak-anak, khususnya balita. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pneumonia sering menjadi penyebab kematian utama bagi anak-anak. Salah satu alasan anak lebih rentan terkena paru-paru basah adalah karena sistem imun tubuh anak yang masih lemah dan belum terbentuk sempurna.

Dilansir dari Siloam Hospitals, berikut ini beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko anak terkena pneumonia adalah:

  • Mengalami kelahiran prematur.
  • Kurang gizi (malnutrisi).
  • Menderita infeksi tertentu, seperti campak atau HIV.
  • Belum memperoleh vaksin pneumonia.
  • Tidak mendapatkan ASI eksklusif ketika bayi.
  • Terdapat kelainan bawaan pada organ paru-paru dan pernapasan.
  • Faktor lingkungan seperti paparan asap rokok, debu, polusi udara, atau tinggal di daerah pemukiman padat penduduk.

 

Gejala paru-paru basah

Penderita penyakit kardiovaskular, lansia, bayi, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan mengalami paru-paru basah. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala yang bersifat ringan hingga berat, tergantung penyebab yang mendasarinya. Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini adalah beberapa gejala paru-paru basah yang perlu dikenali.

1. Batuk berdahak

Paru-baru basah biasanya ditandai dengan batuk berdahak yang disertai lendir berwarna kuning atau hijau. Hal ini terjadi karena adanya peradangan pada jaringan paru-paru yang memicu produksi dahak berlebih sebagai respons tubuh untuk mengeluarkan kuman dari saluran pernapasan.

2. Demam

Orang yang terkena penyakit paru-paru basah biasanya akan mengalami demam di atas 37,2°C. Kenaikan suhu tubuh ini merupakan respons tubuh untuk melawan melawan infeksi bakteri, virus, atau jamur yang menjadi penyebab paru-paru basah.

3. Nyeri dada

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi di jaringan paru-paru yang menimbulkan rasa nyeri di dada yang terasa menusuk saat bernapas. Selain itu, nyeri dada juga bisa disebabkan oleh ketegangan otot dada akibat batuk yang terus-menerus untuk mengeluarkan dahak di saluran napas.

4. Sesak napas

Sesak napas terjadi karena adanya penumpukan dahak di sepanjang saluran napas dan penumpukan cairan infeksi pada balon udara di paru-paru (alveolus). Hal ini menyebabkan pertukaran udara dan fungsi paru-paru dalam memenuhi kebutuhan oksigen terganggu sehingga sesak napas pun terjadi.

5. Kelelahan

Penderita paru-paru basah biasanya lebih mudah mengalami kelelahan. Kondisi ini terjadi karena berkurangnya kadar oksigen di dalam tubuh yang mengakibatkan tubuh terasa kelelahan saat beraktivitas.

6. Mual dan muntah

Batuk yang kuat dan sering mengeluarkan dahak dapat membuat makanan di saluran pencernaan naik ke atas dan memicu rasa mual hingga muntah. Gejala mual dan muntah pada paru-paru basah biasanya sering kali dialami oleh anak-anak.

Selain beberapa gejala di atas, Anda juga perlu waspada ketika menemukan beberapa gejala paru basah lainnya. Dilansir dari Halodoc, berikut ini adalah beberapa gejala paru-paru basah yang membutuhkan penanganan medis segera:

  • Mengalami kesulitan bernapas, jika dibiarkan terlalu lama kondisi ini bisa mempersulit oksigen masuk ke aliran darah.
  • Batuk darah, kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan (radang) jaringan pada salah satu atau kedua paru-paru. 
  • Wajah atau bibir berwarna biru, kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup asupan oksigen dalam darah.
  • Menggigil dan berkeringat, kondisi ini biasanya datang dengan cepat dan bisa sangat intens. Menggigil sendiri biasanya juga memicu demam dan mungkin menandakan pertumbuhan bakteri dalam aliran darah. Selain itu, ketika tubuh mencoba melawan infeksi, mungkin Anda akan lebih banyak berkeringat atau kulit terasa lembap.
  • Nyeri dada, kondisi ini terjadi akibat efek peradangan penyakit paru-paru basah seluruh tubuh.
  • Demam, jika mengalami demam mencapai 40,55 Celcius yang disertai batuk dengan lendir kuning, hijau atau berdarah, maka Anda juga perlu segera mengunjungi dokter.
  • Mudah bingung dan mengantuk, hal ini terjadi karena tekanan darah turun, keluaran urin rendah, dan kapasitas mental mulai terpengaruh.

Jika tidak diobati dengan cepat, paru-paru basah bisa berkembang menjadi penyakit paru-paru kronis yang lebih serius seperti accute respiratory distress syndrome (ARDS), abses paru-paru, penurunan kesadaran, dan sepsis. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala pneumonia sejak dini dan segera mendapatkan perawatan medis yang sesuai.

 

Bedanya gejala flu dan paru-paru basah

Perlu diketahui juga bahwa gejala paru-paru basah seringkali sulit dibedakan dengan gejala flu karena beberapa cirinya terlihat mirip. Bahkan, pneumonia dapat muncul sebagai komplikasi dari penyakit flu. Namun, ada perbedaan penting yang dapat membantu Anda mengenali kedua kondisi tersebut.

Dilansir dari Ciputra Hospitals, berikut ini adalah beberapa perbedaan gejala flu dan paru-paru basah.

Perbedaan Flu dan Paru-Paru Basah

 

Cara mencegah paru-paru basah

Penyakit paru-paru basah bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Oleh karena itu, sebelum penyakit ini menyerang, cobalah untuk melakukan pencegahan untuk menurunkan risikonya. Dilansir dari  Halodoc, berikut ini adalah beberapa cara pencegahan yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan risiko penyakit paru-paru basah atau pneumonia.

1. Melakukan vaksinasi

Tidak lengkapnya vaksinasi menjadi salah satu penyebab penyakit paru-paru basah. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko penularan penyakit satu ini, pastikan untuk melengkapi vaksinasi, salah satunya vaksin pneumokokus. Vaksinasi pneumokokus sendiri dilakukan untuk anak-anak berusia di bawah 5 tahun dan lansia yang berusia lebih dari 65 tahun untuk mencegah pneumonia akibat bakteri.

2. Mencuci tangan secara rutin

Rutin mencuci tangan juga bisa menjadi salah satu cara  mencegah penyakit paru-paru basah. Pastikan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan, saat menyajikan makanan, setelah dari toilet, dan setelah menyentuh hewan peliharaan. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran kuman yang dapat menjadi penyebab paru-paru basah.

3. Berhenti merokok

Berhenti merokok adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit paru-paru. Sebab, tembakau dapat merusak kemampuan paru-paru dalam melawan infeksi. Bukan hanya perokok aktif, perokok pasif juga berisiko terkena kondisi ini.

4. Menerapkan pola hidup sehat

Penerapan pola hidup yang sehat juga dapat mengurangi  risiko terjadinya paru-paru basah, misalnya mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang dan tidur dengan durasi yang cukup (6 hingga 8 jam) untuk orang dewasa. Pastikan juga untuk rutin berolahraga setidaknya 15 hingga 30 menit setiap harinya.

 

Pengobatan paru-paru basah

Cara mengobati paru-paru basah cukup bervariasi tergantung pada penyebabnya dan kondisi kesehatan pasien. Penanganan pun perlu dilakukan secepatnya agar tidak terjadi komplikasi. Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini adalah beberapa pengobatan yang sering dilakukan dokter ketika menemukan kondisi paru-paru basah atau pneumonia berdasarkan diagnosisnya:

  • Pneumonia bakteri, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik sebagai pengobatan utama.
  • Pneumonia virus, penggunaan obat antivirus menjadi pilihan untuk mengobatinya.
  • Pneumonia infeksi jamur, biasanya membutuhkan perawatan khusus dengan obat antijamur.

Jika demam tidak kunjung turun, ada masalah pernapasan, atau kondisi kesehatan pasien semakin menurun maka pasien perlu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan di unit perawatan intensif (ICU).

Selain  itu, bila tingkat oksigen dalam darah pasien terlalu rendah, maka dokter akan memberikan terapi oksigen untuk memulihkan kadar oksigen ke level yang aman. Pasien juga mungkin menjalani prosedur pembersihan saluran napas untuk mengeluarkan lendir dan dahak menggunakan nebulizer. 

Dari banyaknya pengobatan yang mungkin dijalani sebagai pasien paru-paru basah, pastinya Anda juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit selama perawatan. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan untuk memiliki asuransi kesehatan, baik bagi diri sendiri maupun keluarga Anda.

Salah satu produk asuransi kesehatan yang bisa dipilih adalah Asuransi Mandiri Proteksi Kesehatan Syariah dari AXA Mandiri. Dengan Asuransi Mandiri Proteksi Kesehatan Syariah, Anda bisa mendapatkan manfaat santunan harian atas perawatan rumah sakit dengan masa pembayaran kontribusi 4 tahun dan masa asuransi 8 tahun. Selain itu, ketika kondisi hemoroid sudah semakin parah dan butuh pembedahan, Asuransi Mandiri Proteksi Kesehatan Syariah juga memberikan manfaat pembedahan hingga Rp10 juta.

Untuk mendaftarkan diri Anda dan keluarga ke dalam Asuransi Mandiri Proteksi Kesehatan Syariah atau asuransi kesehatan syariah lainnya dari AXA Mandiri, silakan langsung kunjungi website AXA Mandiri atau hubungi Financial Advisor AXA Mandiri dengan mengunjungi Kantor Cabang Bank Syariah Indonesia terdekat atau menghubungi contact center AXA Mandiri di 1500803.

 

Sumber:

  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/12/04/pneumonia-jadi-penyebab-terbesar-kematian-balita-di-dunia-2021
  • https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/kebiasaan-yang-menyebabkan-paru-paru-basah
  • https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/pneumonia-pada-anak#mcetoc_1hlcplus7gh
  • https://www.halodoc.com/artikel/7-gejala-paru-paru-basah-yang-perlu-ditangani-dokter
  • https://www.alodokter.com/6-ciri-ciri-paru-paru-basah-yang-perlu-dikenali
  • https://ciputrahospital.com/sadari-5-gejala-paru-paru-basah-ini/
  • https://primayahospital.com/paru/paru-paru-basah/