Waspada Risiko Kesehatan dan Cedera Akibat Renang
Renang merupakan salah satu olahraga air yang tidak hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga menunjang kesehatan mental dan keseimbangan hidup secara menyeluruh. Dengan kombinasi gerakan yang melibatkan hampir seluruh otot tubuh, serta sifat low-impact yang minim tekanan pada sendi, renang menjadi pilihan ideal bagi berbagai kalangan usia. Di balik semua manfaat tersebut, penting untuk disadari bahwa setiap aktivitas fisik tetap memiliki potensi risiko kesehatan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai manfaat, risiko cedera, serta perlindungan kesehatan yang memadai menjadi langkah penting agar aktivitas renang dapat dinikmati secara optimal dan berkelanjutan.
Sebagai salah satu bentuk olahraga air yang paling komprehensif, renang menawarkan manfaat kesehatan yang menyeluruh bagi tubuh dan pikiran. Tidak hanya melatih sistem kardiovaskular secara efektif, renang juga memperkuat hampir seluruh kelompok otot tanpa memberikan beban berlebihan pada persendian. Selain itu, aktivitas ini turut membantu pengelolaan berat badan, mengurangi stres, serta memperbaiki kualitas tidur. Bahkan, sifat low-impact dari renang menjadikannya pilihan utama dalam program rehabilitasi pasca cedera maupun terapi bagi lansia. Kombinasi manfaat fisik dan mental inilah yang membuat renang menjadi investasi kesehatan jangka panjang yang semakin diminati banyak kalangan. Berikut detailnya, dilansir dari berbagai sumber:
Renang merupakan salah satu olahraga kardio low-impact yang sangat efektif dalam meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru. Menurut penjelasan dari Alodokter, rutin berenang selama minimal 8 minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan kapasitas paru-paru, serta memperbaiki sirkulasi darah secara menyeluruh. Selain itu, Liputan6 menegaskan bahwa renang sangat bermanfaat bagi penderita penyakit kronis seperti asma dan multiple sclerosis (MS), berkat lingkungan air yang lembap sehingga membantu melegakan saluran pernapasan dan mengurangi kekambuhan gejala. Dengan kata lain, renang bukan sekadar aktivitas rekreasi, tetapi sebuah intervensi kesehatan yang terbukti efektif dalam menunjang sistem kardiovaskular dan membantu mengelola beberapa kondisi kronis.
Berbagai gaya renang—seperti gaya bebas, punggung, dada, hingga kupu-kupu—memungkinkan hampir seluruh kelompok otot tubuh bekerja secara simultan. Air memberikan resistensi alami yang jauh lebih besar dibanding udara, sehingga memaksa tubuh melakukan kontraksi otot yang optimal tanpa memberi beban berlebihan pada persendian. Hal ini membantu meningkatkan massa otot, kelenturan, hingga keseimbangan tubuh.
Menurut Alodokter, latihan rutin di dalam air membantu memperbaiki kekuatan otot inti, punggung, lengan, serta meningkatkan fleksibilitas sendi. Penelitian dari Universitas Syiah Kuala, Aceh, juga menemukan bahwa renang mampu meningkatkan keseimbangan motorik serta koordinasi tubuh, terutama bagi kelompok usia lanjut yang berisiko mengalami penurunan fungsi fisik seiring bertambahnya usia..
Dilansir dari laman Kompas, renang tergolong olahraga efektif untuk pembakaran kalori. Dalam satu jam sesi berenang, seseorang bisa membakar antara 500 hingga 650 kalori tergantung intensitas, jenis gaya renang, serta berat badan individu. Berbeda dengan olahraga berbeban tinggi, renang memberikan dampak minimal pada sendi sehingga cocok untuk individu yang sedang menjalani program penurunan berat badan namun memiliki masalah sendi, obesitas, atau cedera. Selain itu, resistensi air yang stabil membantu proses pembakaran lemak secara efisien tanpa risiko cedera berlebihan, menjadikannya alternatif yang aman namun tetap efektif.
Renang juga berperan penting dalam pengelolaan kesehatan mental. Saat berenang, tubuh melepaskan berbagai hormon seperti endorfin, serotonin, dan dopamine yang secara alami menurunkan kadar hormon stres kortisol dalam tubuh. Aktivitas fisik yang teratur di dalam air memberikan efek menenangkan, sekaligus membantu menyeimbangkan emosi.
Studi dalam Sleep Foundation menyebutkan bahwa aktivitas berenang secara rutin membantu meningkatkan kualitas tidur, terutama bagi penderita insomnia, lansia, atau mereka yang memiliki gangguan kecemasan. Irama air dan gerakan ritmis saat berenang menciptakan efek meditatif, membantu tubuh masuk ke dalam kondisi relaksasi mendalam yang mendukung tidur yang lebih nyenyak.
Karena sifat low-impact-nya, renang banyak digunakan dalam program rehabilitasi medis pasca cedera. Penderita arthritis, saraf kejepit, hingga stroke banyak direkomendasikan melakukan terapi renang untuk memperbaiki mobilitas dan mempercepat pemulihan. Tekanan air yang merata membantu meringankan beban tubuh, memperlancar peredaran darah, serta memperbaiki kekuatan otot secara bertahap.
Menurut data dari National Institute of Aging (NIA), olahraga air seperti renang dapat memperpanjang kemandirian fisik lansia, mengurangi risiko jatuh, serta memperbaiki keseimbangan gerak secara signifikan. Ini membuktikan bahwa renang bukan hanya olahraga rekreasi, tetapi juga bagian dari program terapi fisik yang sangat bermanfaat bagi kelompok usia lanjut.
Meski dikenal sebagai olahraga yang minim benturan (low-impact) dan sangat dianjurkan untuk berbagai kelompok usia, renang bukanlah aktivitas fisik yang sepenuhnya bebas risiko. Di balik manfaat kardiovaskular, peningkatan kekuatan otot, dan efek terapeutik yang ditawarkan, renang juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan cedera tertentu apabila tidak dilakukan dengan teknik yang benar atau tanpa persiapan fisik yang memadai.
Berikut adalah beberapa risiko kesehatan dan cedera yang perlu diwaspadai oleh pegiat renang, baik pemula maupun atlet profesional:
Swimmer’s shoulder adalah cedera umum pada perenang, terutama akibat gerakan berulang dan teknik yang salah saat berenang gaya bebas atau kupu-kupu. Cedera ini menyebabkan peradangan pada otot dan tendon rotator cuff di bahu. Menurut Klinik Fisioterapi Eminence, jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi impingement syndrome atau instabilitas sendi bahu. Studi dari Universitas Udayana juga mencatat tingginya kasus glenohumeral instability pada atlet renang remaja akibat tekanan mekanis yang terus-menerus.
Cedera umum pada perenang gaya dada adalah breaststroker’s knee, yaitu nyeri di bagian dalam lutut akibat tendangan berulang dengan sudut ekstrem atau teknik yang kurang tepat. Kurangnya fleksibilitas dan kekuatan otot pendukung turut memperbesar risiko. Menurut Physio-pedia, tekanan berulang ini dapat memicu nyeri kronis jika tanpa pemanasan atau teknik yang benar. Kram otot di leher, punggung, atau betis juga berbahaya, terutama saat kelelahan atau dehidrasi. Studi Kemenkes RI menyebut kram mendadak sebagai salah satu penyebab utama insiden tenggelam pada perenang amatir.
Risiko yang kerap diabaikan saat berenang adalah infeksi akibat paparan klorin dan mikroorganisme di kolam, seperti infeksi kulit (chlorine rash), otitis eksterna (“telinga perenang”), hingga ISPA. Paparan uap klorin juga dapat mengiritasi mata, tenggorokan, dan memperparah asma, terutama pada anak-anak. Menurut Halodoc, infeksi pernapasan bisa terjadi akibat kontaminasi virus seperti adenovirus yang umum ditemukan di kolam yang tidak higienis.
Meskipun renang dikenal aman untuk penderita cedera atau gangguan persendian, ada beberapa kondisi yang tetap perlu diperhatikan. Cedera tulang belakang dan saraf kejepit dapat terjadi terutama ketika loncat dari papan tanpa teknik yang tepat, gerakan leher dan punggung tidak seimbang atau dilakukan secara repetitif, atau pada individu dengan riwayat cedera tulang belakang yang belum pulih total. Menurut Harvard Health Publishing, perenang dengan kondisi tulang belakang atau diskus yang lemah sebaiknya memilih gaya renang tertentu (misalnya gaya punggung) yang lebih bersahabat dan menghindari gaya kupu-kupu atau loncatan tinggi.
Meski jarang disorot, beberapa atlet profesional juga mengalami burnout atau kecemasan berlebihan akibat tekanan performa dan latihan yang intens. Menurut The American Journal of Sports Medicine, tekanan psikologis dalam olahraga kompetitif dapat memicu stres jangka panjang dan menurunkan motivasi.
Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan sangat tepat untuk Anda yang rutin melakukan olahraga renang, karena risiko cedera, misalnya swimmer’s shoulder, kerap memerlukan konsultasi medis hingga fisioterapi yang biayanya tidak sedikit. Dengan manfaat rawat jalan dan tindakan bedah yang ditanggung, Anda dapat fokus pada pemulihan tanpa terbebani biaya. Jika terjadi komplikasi serius hingga membutuhkan rawat inap atau perawatan intensif (ICU), manfaat pertanggungan dan santunan yang tersedia memberikan ketenangan finansial di saat paling mendesak.
Tidak ada olahraga yang benar-benar bebas risiko—bahkan renang. Renang memberi energi, ketenangan, dan kebugaran—namun tubuh juga butuh perlindungan. Asuransi Mandiri Solusi Kesehatan adalah partner terpercaya yang memastikan hobi renang Anda terus terjaga konsistensinya, walau badai kecil datang. Dengan proteksi ini, Anda bebas menikmati renang tanpa bayang-bayang risiko biaya medis.
Konsultasikan perencanaan finansial Anda dalam rangka menyambut masa depan cerah minim risiko dengan Life Planner AXA Mandiri. Kami akan membantu Anda memahami manfaat dari berbagai jenis asuransi dan memberikan solusi terbaik sesuai dengan kondisi finansial Anda. Kunjungi situs resmi AXA Mandiri atau hubungi 1500803 untuk informasi lebih lanjut.
Sumber: